Ya. Mengenal itu sangat sulit untuk dilakukan, entah itu mengenal orang lain maupun diri sendiri. Kita pikir kita tahu segala hal tentang diri seseorag, namun mungkin sebagian besar dari yang kita ketahui itu merupakan hal yang dipilihnya untuk ditunjukkan. Kita pikir kita tahu segala hal tentang kita sendiri, namun sebenarnya orang lain tahu apa yang kita tidak tahu tentang diri kita sendiri.
Hal ini secara singkat dapat dijelaskan melalui Johari Window:
Empat kuadran dalam Johari Window ini menunjukkan siapa diri kita secara keseluruhan.
Yang pertama ialah area terbuka, yakni bagian dari diri kita yang kita sadari dan kita biarkan untuk dilihat oleh orang lain. Dalam area ini, miskomunikasi minim terjadi karena baik kita maupun orang di sekitar kita memahami diri kita yang berada pada area ini.
Yang kedua ialah area buta, yakni bagian dari diri kita yang tidak kita sadari, namun diketahui oleh orang lain. Bagi sahabat, area buta kita ini ukurannya lebih besar dibanding area tersembunyi karena sahabat betul-betul mengenal kita. Tentunya area buta ini dapat dikecilkan ukurannya dalam usaha memahami diri sendiri dengan lebih baik. Bagaimana caranya? Tentunya dengan bertanya pada orang lain mengenai diri kita sendiri. Walaupun kita bertanya pada teman yang tidak begitu dekat, tidak tertutup kemungkinan ia tahu sesuatu tentang diri kita yang bahkan tidak kita ketahui, hanya proporsinya saja yang berbeda dengan teman dekat.
Yang ketiga ialah area tersembunyi, yakni bagian dari diri kita yang kita sadari, namun sengaja kita sembunyikan dari orang lain. Dalam area ini biasanya terdapat ketakutan kita atau hal-hal yang kita hindari. Area ini bisa diperkecil dengan tujuan agar orang lain dapat memahami diri kita dengan lebih baik. Bagaimana caranya? Berceritalah. Ceritakan pada orang lain tentang dirimu sendiri :)
Yang keempat ialah area yang tidak diketahui. Ada bagian dari diri kita yang tidak diketahui oleh siapapun, baik itu kita sendiri maupun orang di sekitar kita. Yang terdapat dalam area ini bisa saja bakat diri yang kita remehkan atau perasaan yang ditekan. Tentu saja area ini dapat juga diperkecil demi usaha pemahaman diri yang lebih baik. Caranya bisa saja dengan self-discovery, pengamatan orang lain, maupun gabungan keduanya.
Begitu kita dapat mengenal diri sendiri dengan lebih baik, kita tidak perlu merasa terkucilkan, rendah diri, maupun merasa harus mengikuti suatu hal hanya karena hal tersebut dianggap baik oleh golongan mayoritas.
Saya ingin berbagi cerita.
Nande (ibu) saya, bersahabat baik dengan Uda (paman, tetapi tidak kandung) saya. Nande dan Uda memiliki sifat yang sangat berkebalikan. Nande adalah orang yang extrovert. Nande sangat sulit menolak permintaan orang lain karena selalu ingin menyenangkan orang lain. Uda sebaliknya. Ia lebih cenderung pada tipe introvert.
Saya selalu berpikir bahwa menjadi orang seperti Nande adalah ideal. Sampai Uda sharing dan berkata, "Orang seperti Nandemu itu gampang dapat kerja karena banyak punya link. Kalau Uda tidak begitu. Uda memang punya kekurangan dalam hal berteman. Uda tidak bisa punya teman dekat yang banyak. Tetapi, Uda berusaha menutupi kekurangan Uda, misalnya dengan belajar dan bekerja keras. Jadi, walaupun Uda tidak kenal banyak orang, oranglah yang akan mencari Uda karena Uda selalu mengusahakan hasil yang terbaik."
Dari situ saya sadar bahwa saya tetap bisa jadi diri saya sendiri :)
Meskipun demikian, segala sesuatu yang ekstrim tidaklah baik. Mengenal diri sendiri juga bertujuan untuk perbaikan diri sendiri. Uda saya berkata, "Sekarang Uda tidak begitu ekstrim lagi. Uda sudah lumayan bisa berkomunikasi dan berteman dengan baik." Perbaikan tidaklah buruk :)
Maksud yang ingin saya sampaikan dengan tulisan ini adalah: Kenalilah dirimu sendiri serta hal-hal yang kamu sukai. Jadilah dirimu sendiri dan lakukanlah hal-hal yang kamu sukai tersebut, hal-hal yang membuat kamu bergairah.
Beberapa waktu lalu, salah seorang dari teman saya berkata bahwa saya ini terlihat berbeda ketika mempresentasikan bahan di kelas. Kalau "berbeda" berarti positif, saya menarik kesimpulan bahwa mungkin memang bidang inilah yang saya inginkan. Saya selalu ingin jadi dosen.
Teman saya, Lidya, beberapa waktu lalu juga menyadari bahwa dirinya sangat berbeda ketika berperan menjadi sutradara pada saat shooting film TnT. Ia kelihatan begitu hidup dan berbeda ketika mengarahkan para pemain. Ia kemudian bercerita bahwa ia selalu ingin berkecimpung dalam bidang perfilman.
Kamu atau orang-orang di sekitarmu tentu menyadari pada bidang apa kamu terlihat sangat berbeda dan hidup. Ketika kamu menyadari ini, atau ketika seseorang memberitahumu, ketahuilah bahwa itulah hal yang sungguh-sungguh kamu inginkan. Lakukanlah :)
"Make your passion your profession, and work will become a game."
-Rancho dalam 3 Idiots
Sumber:
http://www.usc.edu/hsc/ebnet/Cc/awareness/Johari%20windowexplain.pdf (diakses pada tanggal 16 Oktober 2012 pukul 15.34 WIB)


0 komentar:
Posting Komentar