Di malam puncak OMPSI tanggal 24 Oktober 2012 itu...
Aku senang sekali melihat orang-orang yang telah berani naik ke atas panggung.
Maksudku tentu saja, dalam bentuk di mana mereka akan tampil "sendirian" dan kalau salah tentu akan ketahuan.
Contohnya saja, bermain dalam band. Toh ia kan akan sendirian menyanyi atau bermain gitar, bass, atau drum.
Kalau dia salah, semua orang pasti akan tahu, kan.
Atau kakak-kakak 2009 yang menampilkan dance.
Kalau gerakan satu orang salah, gerakan satu grup itu jadi terlihat berantakan kan.
Aku ingin bisa berani tampil seperti itu.
Aku ingin, walau hanya memetik gitar selama beberapa menit, bisa ada di atas panggung.
Aku ingin menunjukkan pada orang-orang bahwa aku tidak seserius yang mereka kira.
Aku ingin menunjukkan bahwa aku bisa bersenang-senang juga, lho.
Aku bisa berani juga, lho.
Aku ini ya, seperti kalian juga...
Minggu, 28 Oktober 2012
Kamis, 25 Oktober 2012
In Time
Pernahkah kamu membayangkan bagaimana jadinya bila peribahasa "Waktu adalah uang" itu menjadi nyata?
I meant, yes, time is money, literally.
Dalam posting kali ini aku ingin menuliskan review singkat mengenai sebuah film fiksi ilmiah yang berjudul "In Time".
Film ini berkisah mengenai manusia yang hidup di masa depan. Pada masa itu, jumlah manusia membludak, sehingga dilakukanlah sistem seleksi alam: hanya yang kuat yang dapat bertahan.
Gen manusia dimodifikasi sehingga manusia tidak akan terlihat bertambah tua setelah berumur 25 tahun. Namun, tiap orang hanya diberi waktu 26 tahun untuk hidup. 25 tahun untuk tumbuh dewasa sepenuhnya dan sisanya 1 tahun yang dapat diinvestasikan untuk bertahan hidup.
Manusia yang tidak mendapatkan tambahan waktu akan mati dengan sendirinya ketika waktu mereka habis.
Seolah tidak cukup mengerikan, waktu terbatas yang mereka miliki itulah satu-satunya alat pembayaran yang dapat dipakai.
Dalam film ini ada golongan miskin yang tiap harinya memiliki sisa waktu yang kurang dari 24 jam.
Dapatkah kamu membayangkan bagaimana rasanya jika kamu terbangun di pagi hari dan mengetahui bahwa kamu punya kurang dari 24 jam untuk hidup dan kamu akan mati jika tidak mendapatkan tambahan waktu?
Setelah menonton film ini, kamu akan menyadari betapa berharganya tiap detik yang kamu miliki...
I meant, yes, time is money, literally.
Dalam posting kali ini aku ingin menuliskan review singkat mengenai sebuah film fiksi ilmiah yang berjudul "In Time".
Film ini berkisah mengenai manusia yang hidup di masa depan. Pada masa itu, jumlah manusia membludak, sehingga dilakukanlah sistem seleksi alam: hanya yang kuat yang dapat bertahan.
Gen manusia dimodifikasi sehingga manusia tidak akan terlihat bertambah tua setelah berumur 25 tahun. Namun, tiap orang hanya diberi waktu 26 tahun untuk hidup. 25 tahun untuk tumbuh dewasa sepenuhnya dan sisanya 1 tahun yang dapat diinvestasikan untuk bertahan hidup.
Manusia yang tidak mendapatkan tambahan waktu akan mati dengan sendirinya ketika waktu mereka habis.
Seolah tidak cukup mengerikan, waktu terbatas yang mereka miliki itulah satu-satunya alat pembayaran yang dapat dipakai.
![]() |
| Transaksi pembayaran menggunakan waktu |
Dalam film ini ada golongan miskin yang tiap harinya memiliki sisa waktu yang kurang dari 24 jam.
Dapatkah kamu membayangkan bagaimana rasanya jika kamu terbangun di pagi hari dan mengetahui bahwa kamu punya kurang dari 24 jam untuk hidup dan kamu akan mati jika tidak mendapatkan tambahan waktu?
Setelah menonton film ini, kamu akan menyadari betapa berharganya tiap detik yang kamu miliki...
Teman Lama
Hubungan dengan teman lama itu aneh.
Apalagi, ketika tempat tinggalku dengan kalian berjarak sangat jauh.
Ketika aku sedang sibuk, mungkin aku tak mengingat kalian.
Namun sekalinya teringat, meluncurlah sms emosional yang terdengar sangat bodoh.
Kadang aku merasa marah atau kesal pada kalian karena tak menghubungi.
Dan kalian juga, bukan tak mungkin kalian merasa kesal karena tak kuhubungi.
Namun di hari spesial, misalnya ulang tahunku yang lalu...
...tiba-tiba ada teman lama yang meneleponku dengan durasi yang sangaaaat lama.
Dan dalam sekejap hilanglah rasa kesal dan amarah yang tadinya mengusik.
Untuk kalian, para teman lamaku...
Bagiku, teman lama bukanlah sekedar teman lama.
Kalian sangat berarti.
Bagiku,
teman lama itu bagaikan bintang.
Kalian tak selalu tampak...
...namun aku tahu bahwa kalian selalu ada :)
Apalagi, ketika tempat tinggalku dengan kalian berjarak sangat jauh.
Ketika aku sedang sibuk, mungkin aku tak mengingat kalian.
Namun sekalinya teringat, meluncurlah sms emosional yang terdengar sangat bodoh.
Kadang aku merasa marah atau kesal pada kalian karena tak menghubungi.
Dan kalian juga, bukan tak mungkin kalian merasa kesal karena tak kuhubungi.
Namun di hari spesial, misalnya ulang tahunku yang lalu...
...tiba-tiba ada teman lama yang meneleponku dengan durasi yang sangaaaat lama.
Dan dalam sekejap hilanglah rasa kesal dan amarah yang tadinya mengusik.
Untuk kalian, para teman lamaku...
Bagiku, teman lama bukanlah sekedar teman lama.
Kalian sangat berarti.
Bagiku,
teman lama itu bagaikan bintang.
Kalian tak selalu tampak...
...namun aku tahu bahwa kalian selalu ada :)
Rabu, 24 Oktober 2012
Kamu
Hei, kamu.
Ya, kamu yang selalu diincar oleh kedua mataku.
Kamu yang membuat waktuku terhenti, hening
di tengah hiruk pikuk
Ya, kamu.
Kamu yang membuatku terlonjak kecil
tiap kali inderaku menangkap kehadiranmu.
Kamu...
Kamu yang mampu membuatku
merasakan kerasnya degup jantungku
melebihi dentuman musik di sekelilingku.
Kamu...
...mengapa tak pernah hiraukan daku?
Ya, kamu yang selalu diincar oleh kedua mataku.
Kamu yang membuat waktuku terhenti, hening
di tengah hiruk pikuk
Ya, kamu.
Kamu yang membuatku terlonjak kecil
tiap kali inderaku menangkap kehadiranmu.
Kamu...
Kamu yang mampu membuatku
merasakan kerasnya degup jantungku
melebihi dentuman musik di sekelilingku.
Kamu...
...mengapa tak pernah hiraukan daku?
At Last! :D
Akhirnyaaaaaa bisa buat post baru di blog lagi.
Udah dua hari ini blog ga bisa dipakai posting karena internet sangat lambreta lambreti -_-
Tapi, giliran internetnya bisa, malah gw yang ga bisa nulis sesuatu yang berguna karena harus belajar buat UTS Stat III besok -_-
Bad luck Brian lvl over 9000 lah -_-
Udah dua hari ini blog ga bisa dipakai posting karena internet sangat lambreta lambreti -_-
Tapi, giliran internetnya bisa, malah gw yang ga bisa nulis sesuatu yang berguna karena harus belajar buat UTS Stat III besok -_-
Bad luck Brian lvl over 9000 lah -_-
Minggu, 21 Oktober 2012
"Apalah Arti Sebuah Nama?"
Istilah tersebut diperkenalkan oleh William Shakespeare dalam salah drama tragedinya yang paling terkenal. Kalian pasti pernah mendengar tentang Romeo dan Juliet.
"What is in a name? That which we call a rose...by any other name would smell as sweet."
Inilah bagian dari ungkapan yang sering di-quote oleh orang-orang.
Namun, banyak yang tidak tahu bahwa ada arti tertentu di balik kalimat ini.
Sesungguhnya, kalimat itu ada karena tidak bisa bersatunya Romeo dan Juliet disebabkan oleh nama keluarga mereka. Seperti yang telah kita ketahui, keluarga mereka saling bermusuhan.
Shakespeare sesungguhnya merangkai kalimat tersebut untuk menyampaikan pesan bahwa asal-usul seseorang tidak semestinya dijadikan alasan untuk menolaknya.
Shakespeare sama sekali tidak bermaksud mengecilkan arti nama seseorang.
Tidak berarti kita bisa memanggil seseorang dengan nama yang jelek dan berkata, "Apalah arti sebuah nama?"
Nama itu sangat berarti bagi seseorang.
Orang tua pun berpikir panjang sebelum memutuskan nama anaknya. Nama adalah cerminan kesan dan harapan orang tua terhadap anaknya.
Memanggil seseorang dengan "panggilan sayang" yang disukainya pun akan membuatnya merasa lebih dekat dengan kita, lho :)
"What is in a name? That which we call a rose...by any other name would smell as sweet."
Inilah bagian dari ungkapan yang sering di-quote oleh orang-orang.
Namun, banyak yang tidak tahu bahwa ada arti tertentu di balik kalimat ini.
Sesungguhnya, kalimat itu ada karena tidak bisa bersatunya Romeo dan Juliet disebabkan oleh nama keluarga mereka. Seperti yang telah kita ketahui, keluarga mereka saling bermusuhan.
Shakespeare sesungguhnya merangkai kalimat tersebut untuk menyampaikan pesan bahwa asal-usul seseorang tidak semestinya dijadikan alasan untuk menolaknya.
Shakespeare sama sekali tidak bermaksud mengecilkan arti nama seseorang.
Tidak berarti kita bisa memanggil seseorang dengan nama yang jelek dan berkata, "Apalah arti sebuah nama?"
Nama itu sangat berarti bagi seseorang.
Orang tua pun berpikir panjang sebelum memutuskan nama anaknya. Nama adalah cerminan kesan dan harapan orang tua terhadap anaknya.
Memanggil seseorang dengan "panggilan sayang" yang disukainya pun akan membuatnya merasa lebih dekat dengan kita, lho :)
Teman
Teman itu 'kan fungsinya untuk membantu. Teman itu menyediakan bahu untuk temannya yang ingin menangis. Teman itu mengulurkan tangan untuk membangkitkan temannya yang terjatuh. Teman itu seharusnya menjadi tempat temannya mengadu, mengeluh, dan mengesah.
Aku sedih.
Temanku belum bisa datang padaku ketika butuh bantuan. Temanku belum bisa jujur padaku mengenai perasaannya yang sesungguhnya. Temanku masih merasa lemah untuk mengungkapkan perasaannya dan menangis di depanku. Temanku masih ragu untuk membeberkan ceritanya secara terbuka padaku. Temanku masih belum bisa mengandalkanku.
Aku sedih. Aku merasa bersalah.
Segala alasan yang membuat temanku tidak bisa mengungkapkan sesuatu padaku tentu datang dari diriku sendiri.
Aku sadar aku masih sering menyakitkan dalam berkata-kata, membuat temanku ragu untuk bercerita.
Aku sadar aku masih sering menyalahkan orang lain, membuat temanku ragu untuk mengeluh dan mengesah.
Aku sadar aku masih sering menyangkal perasaannya, membuat temanku ragu untuk menangis.
Aku sadar aku masih ragu meminta bantuan, membuat temanku tidak mau meminta bantuanku juga.
Teman, aku selalu ingin menjadi tempatmu mengadu. Aku selalu ingin dapat membantumu ketika kamu terjatuh. Aku selalu ingin kamu terbuka padaku jika kamu merasa terpuruk.
Bukan maksudku menyimpan segala sifat burukku.
Segala perbaikan akan kuusahakan 'tuk membuatmu tak ragu datang padaku.
Aku sedih.
Temanku belum bisa datang padaku ketika butuh bantuan. Temanku belum bisa jujur padaku mengenai perasaannya yang sesungguhnya. Temanku masih merasa lemah untuk mengungkapkan perasaannya dan menangis di depanku. Temanku masih ragu untuk membeberkan ceritanya secara terbuka padaku. Temanku masih belum bisa mengandalkanku.
Aku sedih. Aku merasa bersalah.
Segala alasan yang membuat temanku tidak bisa mengungkapkan sesuatu padaku tentu datang dari diriku sendiri.
Aku sadar aku masih sering menyakitkan dalam berkata-kata, membuat temanku ragu untuk bercerita.
Aku sadar aku masih sering menyalahkan orang lain, membuat temanku ragu untuk mengeluh dan mengesah.
Aku sadar aku masih sering menyangkal perasaannya, membuat temanku ragu untuk menangis.
Aku sadar aku masih ragu meminta bantuan, membuat temanku tidak mau meminta bantuanku juga.
Teman, aku selalu ingin menjadi tempatmu mengadu. Aku selalu ingin dapat membantumu ketika kamu terjatuh. Aku selalu ingin kamu terbuka padaku jika kamu merasa terpuruk.
Bukan maksudku menyimpan segala sifat burukku.
Segala perbaikan akan kuusahakan 'tuk membuatmu tak ragu datang padaku.
Do I Want It or Need It?
Kemarin, ketika saya mengikuti misa di Gereja, ada satu kalimat khotbah yang menarik perhatian saya.
Dikatakan bahwa rancangan Tuhan itu melampaui rancangan manusia.
Mungkin kalimat itu sudah sering kita dengar ya dari para pemuka agama, tetapi tetap saja rasanya sulit untuk menghayatinya dengan perbuatan.
Seringkali kita menginginkan suatu hal dan merasa kecewa jika tidak mendapatkannya.
Padahal belum tentu hal tersebut kita butuhkan.
Manusia 'kan makhluk yang hanya tahu apa yang diinginkannya, namun tidak selalu tahu apa yang dibutuhkannya.
Manusia 'kan suka membuat rencana tentang masa depannya dan berdoa agar segala sesuatu terjadi sesuai dengan rencananya, sesuai dengan keinginannya.
Namun ibu saya mengajari saya untuk berdoa untuk minta diberikan apa yang terbaik menurut Tuhan, apa yang dianggap-Nya saya butuhkan. Sisanya, saya hanya bisa berencana dan mengusahakan.
Manusia itu juga suka mengeluh.
Manusia suka mengeluhkan keadaannya yang dianggapnya kurang baik.
Tetapi ibu saya memperkenalkan saya pada permohonan seorang bijak,
"Tuhan, berilah saya kekuatan untuk mengubah apa yang bisa diubah, kesabaran untuk menerima apa yang tidak bisa diubah, dan kebijaksanaan untuk membedakan keduanya."
Saya bersyukur orang-orang di sekitar saya membantu saya untuk belajar menghindari rasa kecewa yang menyakitkan.
Dikatakan bahwa rancangan Tuhan itu melampaui rancangan manusia.
Mungkin kalimat itu sudah sering kita dengar ya dari para pemuka agama, tetapi tetap saja rasanya sulit untuk menghayatinya dengan perbuatan.
Seringkali kita menginginkan suatu hal dan merasa kecewa jika tidak mendapatkannya.
Padahal belum tentu hal tersebut kita butuhkan.
Manusia 'kan makhluk yang hanya tahu apa yang diinginkannya, namun tidak selalu tahu apa yang dibutuhkannya.
Manusia 'kan suka membuat rencana tentang masa depannya dan berdoa agar segala sesuatu terjadi sesuai dengan rencananya, sesuai dengan keinginannya.
Namun ibu saya mengajari saya untuk berdoa untuk minta diberikan apa yang terbaik menurut Tuhan, apa yang dianggap-Nya saya butuhkan. Sisanya, saya hanya bisa berencana dan mengusahakan.
Manusia itu juga suka mengeluh.
Manusia suka mengeluhkan keadaannya yang dianggapnya kurang baik.
Tetapi ibu saya memperkenalkan saya pada permohonan seorang bijak,
"Tuhan, berilah saya kekuatan untuk mengubah apa yang bisa diubah, kesabaran untuk menerima apa yang tidak bisa diubah, dan kebijaksanaan untuk membedakan keduanya."
Saya bersyukur orang-orang di sekitar saya membantu saya untuk belajar menghindari rasa kecewa yang menyakitkan.
Ciri Khas dan Keberagaman
Setiap orang punya ciri khasnya masing-masing.
Setiap orang berbeda dalam banyak hal.
Hari ini aku membaca blog para sahabatku dan menyadari hal yang sangat kontras dari gaya menulis kami.
Aul lebih suka mengungkapkan dirinya melalui tulisan singkat, foto-foto, dan gambar-gambar yang menarik perhatiannya. Aul memang menulis untuk dibaca orang dan karena itu ia menulis dengan gaya yang ringan dan singkat. Aul memahami apa yang diinginkan oleh orang lain dan apa yang tidak.
Sinta menulis hal-hal yang lebih santai dan tulisannya punya aura positif, penuh syukur serta tanggapan yang baik atas segala sesuatu yang pernah dialaminya.
Lidya menulis apa saja yang ada di pikirannya, tidak peduli apakah orang lain akan membacanya atau tidak. Lidya hanya menulis apa yang ingin ditulisnya dengan apa adanya.
Aku sendiri, aku suka bertanya-tanya tentang banyak hal. Segala sesuatu yang terjadi pada aku kemudian kutuliskan sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaanku sendiri. Kadang aku juga menulis sesuatu untuk orang lain, yang kuharapkan dapat berguna.
Menurutku sih, perbedaan itu baik.
Perbedaan itu membuat kita saling melengkapi.
Tanpa adanya Aul, aku tidak akan optimal dalam perbaikan diri, dalam pembelajaran perspective-taking, serta dalam hal mencoba menyenangkan orang lain.
Tanpa adanya Sinta, aku akan menjadi sangat miskin dalam hal mensyukuri kehidupan. Aku tidak akan belajar bagaimana caranya melihat sisi positif dalam suatu hal yang terlihat buruk dari kulitnya.
Tanpa adanya Lidya, aku tak akan pernah puas menjadi diriku sendiri. Aku akan terus menampilkan hal-hal yang bukan diriku sendiri dan merasa tersiksa karenanya.
Sahabat, terima kasih karena telah menjadi berbeda dan menjadi pelengkap dalam kehidupanku...
Setiap orang berbeda dalam banyak hal.
Hari ini aku membaca blog para sahabatku dan menyadari hal yang sangat kontras dari gaya menulis kami.
Aul lebih suka mengungkapkan dirinya melalui tulisan singkat, foto-foto, dan gambar-gambar yang menarik perhatiannya. Aul memang menulis untuk dibaca orang dan karena itu ia menulis dengan gaya yang ringan dan singkat. Aul memahami apa yang diinginkan oleh orang lain dan apa yang tidak.
Sinta menulis hal-hal yang lebih santai dan tulisannya punya aura positif, penuh syukur serta tanggapan yang baik atas segala sesuatu yang pernah dialaminya.
Lidya menulis apa saja yang ada di pikirannya, tidak peduli apakah orang lain akan membacanya atau tidak. Lidya hanya menulis apa yang ingin ditulisnya dengan apa adanya.
Aku sendiri, aku suka bertanya-tanya tentang banyak hal. Segala sesuatu yang terjadi pada aku kemudian kutuliskan sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaanku sendiri. Kadang aku juga menulis sesuatu untuk orang lain, yang kuharapkan dapat berguna.
Menurutku sih, perbedaan itu baik.
Perbedaan itu membuat kita saling melengkapi.
Tanpa adanya Aul, aku tidak akan optimal dalam perbaikan diri, dalam pembelajaran perspective-taking, serta dalam hal mencoba menyenangkan orang lain.
Tanpa adanya Sinta, aku akan menjadi sangat miskin dalam hal mensyukuri kehidupan. Aku tidak akan belajar bagaimana caranya melihat sisi positif dalam suatu hal yang terlihat buruk dari kulitnya.
Tanpa adanya Lidya, aku tak akan pernah puas menjadi diriku sendiri. Aku akan terus menampilkan hal-hal yang bukan diriku sendiri dan merasa tersiksa karenanya.
Sahabat, terima kasih karena telah menjadi berbeda dan menjadi pelengkap dalam kehidupanku...
Tuhan
Pandangan saya tentang Tuhan sangat dipengaruhi oleh segala sesuatu yang diajarkan pada saya sedari kecil, baik oleh orang tua, sekolah, maupun pengalaman saya sampai sekarang.
Saya ingat ibu saya pernah mengatakan bahwa Tuhan itu tidak akan pernah bisa didefinisikan secara lengkap. Tuhan itu hanya bisa dideskripsikan sebagian kecilnya saja.
Tidak salah bila kita mengatakan bahwa Tuhan itu maha tahu dan penuh kasih, tetapi deskripsi tentang Tuhan tersebut tidak lengkap.
Manusia tak akan pernah bisa mengerti hakikat Tuhan secara utuh.
Saya ingat bahwa suatu hari Imam pernah berkhotbah, mengatakan bahwa kebenaran bukanlah suatu hal yang bisa diklaim. Kebenaran itu sifatnya universal.
Sepulangnya dari Gereja hari itu saya langsung menceritakan tentang khotbah tersebut pada ibu saya. Beliau pun mengkonfirmasi pandangan tersebut dengan mengatakan bahwa hal tersebut memang disebut dalam Konsili Vatikan II, yakni adanya percikan kebenaran dalam tiap-tiap agama.
Dosen mata kuliah Agama Katolik saya di universitas kembali menguatkan pandangan ini dengan mengatakan bahwa misionaris tidak lagi berfungsi mengkonservasi orang-orang dari agama lain menjadi orang kristen.
Dosen tersebut juga pernah membuka pikiran saya dengan topik "mengikut Kristus".
Mungkin banyak sekali orang yang menganggap bahwa status sebagai orang kristen itu dapat dikatakan telah mengikuti Kristus. Memang, kata "kristen" itu sendiri berarti "pengikut Kristus", namun tentu kalau kita ingin mengikuti Kristus, kita tidak boleh sekedar menyandang status agama.
Mengikuti Kristus bagi saya sendiri ialah meniru jalan hidup yang telah ditempuh Yesus sebagaimana tertulis dalam kitab suci dan sebagaimana saya percayai benar pernah terjadi.
Di SD dalam buku agama saya pernah tertulis mengenai pemahaman masing-masing orang terhadap agama dan Tuhan. Ada orang yang menganggap bahwa Tuhan itu berbeda-beda menurut ajaran agama. Ada juga yang berpendapat bahwa Tuhan itu sebenarnya hanya satu dan dipuja dengan cara yang berbeda-beda, melalui agama yang berbeda-beda. Saya adalah orang yang kedua.
Terakhir, saya ingin berbagi scene yang paling saya sukai dari film Robin Hood.
Dalam film tersebut, Robin Hood pulang ke kota tempat tinggalnya bersama seorang temannya yang beragama muslim. Temannya ini memiliki kulit yang tentu saja lebih gelap dibandingkan kulit Robin Hood dan teman-temannya.
Dalam suatu pesta bersama teman-teman Robin Hood, temannya ini ikut serta. Ada seorang anak kecil yang terheran-heran melihat orang berkulit gelap, yang belum pernah dilihatnya sebelumnya. Anak kecil itu kemudian bertanya, "Apakah Tuhan mengecatmu?"
Orang tersebut menjawab, "Ya."
Kemudian anak itu bertanya lagi, "Mengapa?"
Orang itu pun menjawab, "Sebab Tuhan menyukai keberagaman yang indah..."
Saya ingat ibu saya pernah mengatakan bahwa Tuhan itu tidak akan pernah bisa didefinisikan secara lengkap. Tuhan itu hanya bisa dideskripsikan sebagian kecilnya saja.
Tidak salah bila kita mengatakan bahwa Tuhan itu maha tahu dan penuh kasih, tetapi deskripsi tentang Tuhan tersebut tidak lengkap.
Manusia tak akan pernah bisa mengerti hakikat Tuhan secara utuh.
Saya ingat bahwa suatu hari Imam pernah berkhotbah, mengatakan bahwa kebenaran bukanlah suatu hal yang bisa diklaim. Kebenaran itu sifatnya universal.
Sepulangnya dari Gereja hari itu saya langsung menceritakan tentang khotbah tersebut pada ibu saya. Beliau pun mengkonfirmasi pandangan tersebut dengan mengatakan bahwa hal tersebut memang disebut dalam Konsili Vatikan II, yakni adanya percikan kebenaran dalam tiap-tiap agama.
Dosen mata kuliah Agama Katolik saya di universitas kembali menguatkan pandangan ini dengan mengatakan bahwa misionaris tidak lagi berfungsi mengkonservasi orang-orang dari agama lain menjadi orang kristen.
Dosen tersebut juga pernah membuka pikiran saya dengan topik "mengikut Kristus".
Mungkin banyak sekali orang yang menganggap bahwa status sebagai orang kristen itu dapat dikatakan telah mengikuti Kristus. Memang, kata "kristen" itu sendiri berarti "pengikut Kristus", namun tentu kalau kita ingin mengikuti Kristus, kita tidak boleh sekedar menyandang status agama.
Mengikuti Kristus bagi saya sendiri ialah meniru jalan hidup yang telah ditempuh Yesus sebagaimana tertulis dalam kitab suci dan sebagaimana saya percayai benar pernah terjadi.
Di SD dalam buku agama saya pernah tertulis mengenai pemahaman masing-masing orang terhadap agama dan Tuhan. Ada orang yang menganggap bahwa Tuhan itu berbeda-beda menurut ajaran agama. Ada juga yang berpendapat bahwa Tuhan itu sebenarnya hanya satu dan dipuja dengan cara yang berbeda-beda, melalui agama yang berbeda-beda. Saya adalah orang yang kedua.
Terakhir, saya ingin berbagi scene yang paling saya sukai dari film Robin Hood.
Dalam film tersebut, Robin Hood pulang ke kota tempat tinggalnya bersama seorang temannya yang beragama muslim. Temannya ini memiliki kulit yang tentu saja lebih gelap dibandingkan kulit Robin Hood dan teman-temannya.
Dalam suatu pesta bersama teman-teman Robin Hood, temannya ini ikut serta. Ada seorang anak kecil yang terheran-heran melihat orang berkulit gelap, yang belum pernah dilihatnya sebelumnya. Anak kecil itu kemudian bertanya, "Apakah Tuhan mengecatmu?"
Orang tersebut menjawab, "Ya."
Kemudian anak itu bertanya lagi, "Mengapa?"
Orang itu pun menjawab, "Sebab Tuhan menyukai keberagaman yang indah..."
Cemburu
Saya cemburu pada banyak orang.
Saya cemburu karena kemampuan mereka.
Saya cemburu karena penilaian orang lain terhadap mereka.
Namun seorang bijak pernah berkata bahwa menyimpan rasa cemburu itu tidak apa-apa...
...sebab rasa cemburu memacu kita untuk menjadi orang yang lebih baik.
Saya cemburu karena kemampuan mereka.
Saya cemburu karena penilaian orang lain terhadap mereka.
Namun seorang bijak pernah berkata bahwa menyimpan rasa cemburu itu tidak apa-apa...
...sebab rasa cemburu memacu kita untuk menjadi orang yang lebih baik.
Seems Perfect
Bang Jeki, dosen Psikologi Perkembangan yang spesialisasinya hubungan intim remaja dan dewasa awal, pernah mengatakan bahwa ketika kita sedang menyukai seseorang, segala sesuatunya tentang orang tersebut terlihat sempurna.
Saya sangat setuju.
Penampilannya, pemikirannya, bahkan caranya berbicara dan berjalan...
...semuanya terlihat sempurna.
Ketika kita menjalani hubungan sebagai pasangan yang lebih dari teman biasa, barulah terlihat kekurangan-kekurangan si orang tersebut.
Kekurangan pasangan tersebut mungkin menjadi pemicu terjadinya pertengkaran.
Pertengkaran demi pertengkaran mungkin memicu pertimbangan tentang putusnya hubungan.
Namun sekali lagi ketika hubungan telah putus, kembali orang tersebut terlihat seperti orang yang paling sempurna.
Terasa sungguh berat untuk melepas apa yang dahulu kita miliki.
Terasa sungguh pahit ketika kita harus meninggalkan kebiasaan yang biasa kita lakukan bersamanya.
Menjalani waktu bersama dirinya terasa sungguh berarti...
Di saat itu, pertengkaran yang dulu dialami seakan tak berarti lagi...
...dan kekurangan yang telah terungkap terlihat sangat kecil.
Manusia memang makhluk yang aneh.
Saya sangat setuju.
Penampilannya, pemikirannya, bahkan caranya berbicara dan berjalan...
...semuanya terlihat sempurna.
Ketika kita menjalani hubungan sebagai pasangan yang lebih dari teman biasa, barulah terlihat kekurangan-kekurangan si orang tersebut.
Kekurangan pasangan tersebut mungkin menjadi pemicu terjadinya pertengkaran.
Pertengkaran demi pertengkaran mungkin memicu pertimbangan tentang putusnya hubungan.
Namun sekali lagi ketika hubungan telah putus, kembali orang tersebut terlihat seperti orang yang paling sempurna.
Terasa sungguh berat untuk melepas apa yang dahulu kita miliki.
Terasa sungguh pahit ketika kita harus meninggalkan kebiasaan yang biasa kita lakukan bersamanya.
Menjalani waktu bersama dirinya terasa sungguh berarti...
Di saat itu, pertengkaran yang dulu dialami seakan tak berarti lagi...
...dan kekurangan yang telah terungkap terlihat sangat kecil.
Manusia memang makhluk yang aneh.
Sabtu, 20 Oktober 2012
Kritik dan Saran
Kritik dan saran itu...menurut saya bukan hanya isinya dan cara penyampaiannya saja yang penting...
Menurut saya, waktu dan alasan penyampaian kritik dan saran itu juga sangat penting...
Adakalanya teman kita merasa sangat buruk tentang dirinya sendiri...
Mungkin saat itu ia hanya butuh orang terdekat untuk menerima dan memotivasi dirinya...
Saat itu ia hanya butuh pujian untuk sisi positif dari diri maupun tindakannya...
Adakalanya ia merasa angkuh.
Di saat itu kritik dan saran sangat ia butuhkan.
Ia butuh orang lain untuk mengingatkannya bahwa ia tidaklah sehebat itu...
...bahwa ia juga punya berbagai macam kekurangan untuk diperbaiki.
Adakalanya ia berbuat suatu hal yang akan membuat dirinya mendapat malu...
Saat itulah ia butuh orang terdekat untuk mengoreksi dirinya...
...agar ia tidak merasa malu di depan orang banyak.
Ada waktunya teman bercerita pada kita hanya untuk didengarkan dan dimotivasi...
Ada waktunya pula teman datang pada kita untuk meminta saran dan koreksi...
Sebagai teman, menurut saya hal terbaik untuk dilakukan ialah belajar memahami...
...apakah ia datang pada kita untuk didukung atau dikoreksi...
Menurut saya, waktu dan alasan penyampaian kritik dan saran itu juga sangat penting...
Adakalanya teman kita merasa sangat buruk tentang dirinya sendiri...
Mungkin saat itu ia hanya butuh orang terdekat untuk menerima dan memotivasi dirinya...
Saat itu ia hanya butuh pujian untuk sisi positif dari diri maupun tindakannya...
Adakalanya ia merasa angkuh.
Di saat itu kritik dan saran sangat ia butuhkan.
Ia butuh orang lain untuk mengingatkannya bahwa ia tidaklah sehebat itu...
...bahwa ia juga punya berbagai macam kekurangan untuk diperbaiki.
Adakalanya ia berbuat suatu hal yang akan membuat dirinya mendapat malu...
Saat itulah ia butuh orang terdekat untuk mengoreksi dirinya...
...agar ia tidak merasa malu di depan orang banyak.
Ada waktunya teman bercerita pada kita hanya untuk didengarkan dan dimotivasi...
Ada waktunya pula teman datang pada kita untuk meminta saran dan koreksi...
Sebagai teman, menurut saya hal terbaik untuk dilakukan ialah belajar memahami...
...apakah ia datang pada kita untuk didukung atau dikoreksi...
Gender
Gender dan seks itu berbeda. Seperti yang diutarakan pada kuliah Psikologi Umum 2 minggu lalu, seks itu ialah sesuatu yang kodrati dan berhubungan dengan fungsi biologis. Sementara gender itu merupakan hasil dari pandangan masyarakat dan bisa jadi berbeda pada kebudayaan yang berbeda.
Saya seringkali merasa menolak jika seseorang berkata, "Laki-laki kan seperti ini dan perempuan seperti itu." jika yang mereka ungkapkan merupakan peran gender dan bukan sifat seksualitas.
Jujur saya sendiri punya sifat yang dicap sebagai sifat kelaki-lakian.
Saya rasional. Saya lebih suka menggunakan logika dalam hal mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu.
Saya mengungkapkan apa yang saya pikirkan. Jika saya merasakan suatu hal, saya lebih suka mengungkapkannya langsung daripada membiarkan orang lain menebak-nebak. Demikian juga, saya tidak suka menebak-nebak apa yang dipikirkan orang lain. Saya lebih suka langsung konfirmasi ke orangnya.
Saya suka menjadi unggul. Saya tidak suka jika seorang laki-laki ingin dibiarkan merasa unggul. Kalau memang saya punya potensi yang setara dengan dia lalu kenapa?
Saya seringkali merasa menolak jika seseorang berkata, "Laki-laki kan seperti ini dan perempuan seperti itu." jika yang mereka ungkapkan merupakan peran gender dan bukan sifat seksualitas.
Jujur saya sendiri punya sifat yang dicap sebagai sifat kelaki-lakian.
Saya rasional. Saya lebih suka menggunakan logika dalam hal mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu.
Saya mengungkapkan apa yang saya pikirkan. Jika saya merasakan suatu hal, saya lebih suka mengungkapkannya langsung daripada membiarkan orang lain menebak-nebak. Demikian juga, saya tidak suka menebak-nebak apa yang dipikirkan orang lain. Saya lebih suka langsung konfirmasi ke orangnya.
Saya suka menjadi unggul. Saya tidak suka jika seorang laki-laki ingin dibiarkan merasa unggul. Kalau memang saya punya potensi yang setara dengan dia lalu kenapa?
Jumat, 19 Oktober 2012
Ordinal atau Nominal?
Banyak hal dalam kehidupan sehari-hari yang salah kita tafsirkan sebagai sesuatu yang memiliki skala pengukuran nominal.
Sesungguhnya, hal-hal tersebut memiliki skala nominal.
Contohnya?
Sifat.
Memangnya kenapa kalau kita bersifat kritis, tegas, dan agak tajam?
Apakah hal tersebut selalu lebih buruk dibandingkan sifat lembut dan toleran?
Pandangan akan suatu hal selalu tergantung pada konteks, teman.
Kalau kamu berurusan dengan penelitian, tentunya harus kritis.
Kalau kamu berurusan dengan tenggat waktu, tentunya harus tegas.
Sifat dan sikap yang "baik" itu selalu tergantung konteks.
Kamu hanya perlu jeli dalam mengobservasi konteks dan menyesuaikan diri.
Seringkali kita merasa cemburu pada orang lain.
Bisa jadi kita cemburu karena orang lain tersebut lebih disukai karena lebih lembut dari kita, atau malah kita cemburu karena orang lain bisa lebih tegas dari kita sehingga orang-orang yang dipimpinnya merasa segan padanya.
Boleh saja merasa cemburu.
Bahkan, rasa cemburu tersebut dapat memicu kita untuk meningkatkan kualitas diri.
Namun, ingatlah bahwa pasti ada juga orang yang merasa cemburu padamu.
Tidak ada yang lebih baik maupun lebih buruk secara mutlak.
Suatu saat jika kamu merasa lebih buruk dari orang lain, tanyakanlah pada dirimu sendiri, "Apa memang yang satu lebih buruk daripada yang lain?"
Jangan-jangan, kamu hanya salah tafsir kondisi nominal sebagai kondisi ordinal :p
Sesungguhnya, hal-hal tersebut memiliki skala nominal.
Contohnya?
Sifat.
Memangnya kenapa kalau kita bersifat kritis, tegas, dan agak tajam?
Apakah hal tersebut selalu lebih buruk dibandingkan sifat lembut dan toleran?
Pandangan akan suatu hal selalu tergantung pada konteks, teman.
Kalau kamu berurusan dengan penelitian, tentunya harus kritis.
Kalau kamu berurusan dengan tenggat waktu, tentunya harus tegas.
Sifat dan sikap yang "baik" itu selalu tergantung konteks.
Kamu hanya perlu jeli dalam mengobservasi konteks dan menyesuaikan diri.
Seringkali kita merasa cemburu pada orang lain.
Bisa jadi kita cemburu karena orang lain tersebut lebih disukai karena lebih lembut dari kita, atau malah kita cemburu karena orang lain bisa lebih tegas dari kita sehingga orang-orang yang dipimpinnya merasa segan padanya.
Boleh saja merasa cemburu.
Bahkan, rasa cemburu tersebut dapat memicu kita untuk meningkatkan kualitas diri.
Namun, ingatlah bahwa pasti ada juga orang yang merasa cemburu padamu.
Tidak ada yang lebih baik maupun lebih buruk secara mutlak.
Suatu saat jika kamu merasa lebih buruk dari orang lain, tanyakanlah pada dirimu sendiri, "Apa memang yang satu lebih buruk daripada yang lain?"
Jangan-jangan, kamu hanya salah tafsir kondisi nominal sebagai kondisi ordinal :p
Titik Ekstrim
Segala sesuatu yang ekstrim itu tidak baik, bukan?
Jalan tengah bisa dikatakan selalu bisa menjadi solusi.
Tidak baik menjadi keras dan tidak mau mendengarkan saran orang lain.
Namun, tidak baik juga menjadi lembek dan mengubah dirimu menjadi apapun yang orang lain inginkan.
Filter adalah solusinya.
Jadilah dirimu sendiri.
Rasakanlah kenyamanan ketika menjadi seseorang yang benar-benar kamu.
Jika orang lain merasa tidak nyaman dengan itu, gunakanlah filter.
Jangan menolak saran mentah-mentah, namun jangan pula menerimanya tanpa pikir panjang.
Buatlah keputusanmu secara independen.
Seriously, you can't please everybody.
Jalan tengah bisa dikatakan selalu bisa menjadi solusi.
Tidak baik menjadi keras dan tidak mau mendengarkan saran orang lain.
Namun, tidak baik juga menjadi lembek dan mengubah dirimu menjadi apapun yang orang lain inginkan.
Filter adalah solusinya.
Jadilah dirimu sendiri.
Rasakanlah kenyamanan ketika menjadi seseorang yang benar-benar kamu.
Jika orang lain merasa tidak nyaman dengan itu, gunakanlah filter.
Jangan menolak saran mentah-mentah, namun jangan pula menerimanya tanpa pikir panjang.
Buatlah keputusanmu secara independen.
Seriously, you can't please everybody.
Prioritas
Kecenderungan untuk menjadikan "skala prioritas" sebagai alasan untuk mangkir dari tanggung jawab itu ada.
Seseorang pernah berkata seperti ini, "Mangkir dari suatu hal bukan berarti hal yang kamu abaikan itu bukan prioritasmu. Itu hanya membuktikan bahwa kamu adalah orang yang tak bertanggung jawab. Skala prioritas berarti intensitas waktu yang dibagi dengan tidak sama rata untuk tiap hal yang membutuhkan tanggung jawabmu. Jika kamu selalu mengabaikan yang satu dan selalu mengutamakan yang lain, itu bukan prioritas namanya."
Merasa tertampar?
Saya juga.
Seseorang pernah berkata seperti ini, "Mangkir dari suatu hal bukan berarti hal yang kamu abaikan itu bukan prioritasmu. Itu hanya membuktikan bahwa kamu adalah orang yang tak bertanggung jawab. Skala prioritas berarti intensitas waktu yang dibagi dengan tidak sama rata untuk tiap hal yang membutuhkan tanggung jawabmu. Jika kamu selalu mengabaikan yang satu dan selalu mengutamakan yang lain, itu bukan prioritas namanya."
Merasa tertampar?
Saya juga.
Every. Single. Time.
Every time.
Every single time.
Setiap kali saya berdiskusi dengan seseorang yang sangat inspiratif atau setiap kali saya berfilosofis, saya mengalami ledakan informasi. Kadang disertai juga dengan ketidakstabilan emosi.
Kepala saya sakit. Saya merasa pusing dan tidak tenang. Kadang saya bingung dan mengawang-awang. Saya bertanya-tanya dan tidak mendapat jawabannya. Saya merasa lelah, namun pantang menyerah. Saya merasa bahwa saya harus mendapatkan jawabannya, no matter what it takes.
Setelah itu, biasanya saya merasa begitu lelah sampai tertidur.
Kadang saya merasa kesal pada diri sendiri karena mudah lupa. Jika saya tidak segera menuliskan pemikiran spontan tersebut, hal itu akan saya lupakan dalam satu jentikan saja.
Kadang saya merasa kesal dan ingin menangis. Kadang saya merasa marah. Namun kadang saya merasa senang. Saya merasakan euforia.
Saya bingung. Sulit sekali rasanya untuk memahami diri saya sendiri.
Life and Choices
Seorang bijak pernah mengatakan, "You are the sum of all your choices."
Well, hal itu terlihat sangat jelas bagi saya ketika menonton "Looper", sebuah film fiksi ilmiah yang di dalamnya terdapat kisah penemuan mesin waktu dan akibatnya.
Terlihat jelas bahwa jika kita mungkin saja mengubah masa kini dengan cara mengubah masa lalu kita.
Sayangnya, perubahan yang terjadi tak selalu seperti yang kita harapkan.
Siapa yang tahu pilihanmu hari ini, saat ini, detik ini akan menentukan sesuatu yang besar di mana depanmu?
Que sera-sera.
Whatever will be, will be.
The future's not ours to see.
Lakukan saja yang terbaik sekarang dengan harapan yang terfokus pada hari esok.
Well, hal itu terlihat sangat jelas bagi saya ketika menonton "Looper", sebuah film fiksi ilmiah yang di dalamnya terdapat kisah penemuan mesin waktu dan akibatnya.
Terlihat jelas bahwa jika kita mungkin saja mengubah masa kini dengan cara mengubah masa lalu kita.
Sayangnya, perubahan yang terjadi tak selalu seperti yang kita harapkan.
Siapa yang tahu pilihanmu hari ini, saat ini, detik ini akan menentukan sesuatu yang besar di mana depanmu?
Que sera-sera.
Whatever will be, will be.
The future's not ours to see.
Lakukan saja yang terbaik sekarang dengan harapan yang terfokus pada hari esok.
A Leader
"If your actions inspire others to dream more, learn more, do more, and become more, you are a leader."-John Quincy Adams
Psikologi Sebagai Ilmu Sosial
Telah berkali-kali saya dengar dari orang-orang yang telah lebih dulu berkecimpung dalam dunia Psikologi daripada saya mengatakan, "Psikologi itu ilmu banci."
Alasannya?
Psikologi itu tidak bisa dikatakan ilmu eksak, namun tidak pula sepenuhnya ilmu sosial.
Ada satu hal yang sangat saya sukai dari Psikologi sebagai ilmu sosial, yakni fleksibilitasnya.
Psikologi mengajarkan saya untuk menjadi lebih toleran.
Baru setelah belajar ilmu Psikologi saya tahu bahwa definisi untuk setiap hal itu bisa jadi sangat beragam, bahkan untuk hal-hal yang dapat diobservasi dan diukur.
Orang yang mempelajari ilmu eksak mungkin akan tertawa jika saya katakan, "Tergantung dari sudut mana kamu memandang."
Dalam ilmu eksak, tak ada kata, "tergantung". Segalanya pasti. Jika A, maka B. Simpel.
Kalau ada lebih dari satu teori untuk menjelaskan hal yang sama dalam ilmu eksak, pastilah yang dianggap "benar" hanya salah satunya. Kebenaran tentu saja dilihat dari pengujian menggunakan "method of science."
Kalau dalam ilmu Psikologi, walaupun satu teori dikritik habis-habisan oleh penganut teori lain, namun bisa dikatakan tiap teori tetap berguna.
Contohnya saja, walaupun Psikoanalisis itu merupakan pandangan "kuno" dan tidak bisa dibuktikan dengan menggunakan "method of science", toh tetap saja bisa digunakan untuk menjelaskan perilaku seseorang.
Psikoanalisis menjelaskan perilaku sebagai fungsi dari ketidaksadaran dan pengalaman masa kecil. Misalnya saja, perilaku pembunuh "copycat" dalam novel yang saya baca, yakni membunuh para wanita mungkin bisa dijelaskan dengan Psikoanalisis, yakni dengan melihat pengalamannya di masa lalu. Dalam novel tersebut diceritakan bahwa pembunuh tersebut sering mengalami siksaan dari ibunya di masa kecil. Mungkin saja id mendorongnya untuk membenci ibunya sendiri, namun superego menahan kebencian tersebut. Hasilnya, ia melampiaskan kebenciannya pada wanita-wanita lain.
Intinya sih, well, saya sebagai a psychologist wanna be tidak akan begitu mengagung-agungkan scientific method yang sangat "ngetren" dewasa ini. Memang iya, penelitian-penelitian yang akan saya lakukan di masa depan akan menggunakan metode ilmiah, namun saya juga tidak akan menolak pandangan-pandangan "kuno" dalam ilmu Psikologi.
Saya rasa, penjelasan perilaku seseorang baru bisa dikatakan "lengkap" jika kita telah melihat diri orang tersebut dari berbagai sisi.
Kamis, 18 Oktober 2012
Batu Sandungan
Yang namanya batu sandungan, pastilah batu yang ukurannya kecil.
Tidak mungkin kan, kita tidak memperhatikan batu berukuran besar?
Demikian juga kesalahan-kesalahan yang sering menjatuhkan harga diri kita.
Seringkali, sebenarnya kesalahan-kesalahan tersebut hanyalah kesalahan kecil...
...namun tentunya berdampak besar.
Pepatah lama mengatakan bahwa lidah itu lebih tajam dari pedang.
Ada juga yang mengatakan bahwa nila setitik merusak susu sebelanga.
Kedua pepatah ini benar dan sungguh bijak.
Tak ada salahnya memperhatikan hal-hal kecil yang kita katakan.
Hal-hal kecil tersebut dapat merusak citra diri yang selama ini kita bangun, lho.
Hal-hal kecil dapat membuat orang lain merasa kecewa dan terluka.
Saya sendiri masih sering ceroboh dalam hal berkata-kata.
Kata-kata yang keluar dari mulut saya kadang masih menyakiti orang lain.
Mungkin bukan hanya kata-katanya, tetapi juga cara saya menyampaikannya kurang baik.
Saya minta maaf kalau masih sering tersandung hal-hal seperti ini dan akibatnya malah menyakiti kalian.
Kalau saja kalian mau menasihati saya, saya mau kok menerima masukan.
Oleh karena itu, kita sama-sama belajar saja ya, untuk berhati-hati agar tak mudah tersandung lagi...
Tidak mungkin kan, kita tidak memperhatikan batu berukuran besar?
Demikian juga kesalahan-kesalahan yang sering menjatuhkan harga diri kita.
Seringkali, sebenarnya kesalahan-kesalahan tersebut hanyalah kesalahan kecil...
...namun tentunya berdampak besar.
Pepatah lama mengatakan bahwa lidah itu lebih tajam dari pedang.
Ada juga yang mengatakan bahwa nila setitik merusak susu sebelanga.
Kedua pepatah ini benar dan sungguh bijak.
Tak ada salahnya memperhatikan hal-hal kecil yang kita katakan.
Hal-hal kecil tersebut dapat merusak citra diri yang selama ini kita bangun, lho.
Hal-hal kecil dapat membuat orang lain merasa kecewa dan terluka.
Saya sendiri masih sering ceroboh dalam hal berkata-kata.
Kata-kata yang keluar dari mulut saya kadang masih menyakiti orang lain.
Mungkin bukan hanya kata-katanya, tetapi juga cara saya menyampaikannya kurang baik.
Saya minta maaf kalau masih sering tersandung hal-hal seperti ini dan akibatnya malah menyakiti kalian.
Kalau saja kalian mau menasihati saya, saya mau kok menerima masukan.
Oleh karena itu, kita sama-sama belajar saja ya, untuk berhati-hati agar tak mudah tersandung lagi...
Mimpi =/= Dream
Bahasa Indonesia itu kadang saya dapati bermakna negatif.
Contohnya saja, kata "mimpi" yang bila diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi "dream".
Kalau menurut saya, "dream" itu cenderung punya arti "harapan" dan mengacu pada probabilitas di masa depan.
Sementara kalau "mimpi" bagi saya cenderung punya arti "sekedar angan-angan" dan tak bisa terwujud.
Saya pernah bermimpi...
Bermimpi 'tuk bisa terus bersama seseorang.
Sayangnya ketika umur hubungan bertambah, gairah pun semakin berkurang...
...sampai pada akhirnya hubungan yang tawar hanya diwarnai dengan pertengkaran.
Sungguh sayang, lama sekali waktu yang saya butuhkan...
...untuk menyadari bahwa mimpi tak'kan bisa menjadi kenyataan.
Rabu, 17 Oktober 2012
Pintu
Seringkali, ketika kita membuat suatu kesalahan, kita lebih terfokus pada kesalahan tersebut. Kita menjadi buta karena penyesalan yang berlebihan dan pada akhirnya malah tidak melihat kesempatan lain yang datang pada kita.
Ketika kita melihat sebuah pintu tertutup, seringkali kita terlalu "sibuk" meratapi pintu yang tertutup itu dan tidak melihat sepuluh pintu lain yang terbuka di sekitar kita.
Cukuplah, satu kesalahan tak perlu disesali.
Fungsi kesalahan hanyalah untuk pembelajaran, bukan untuk penyesalan.
Berbuat kesalahan itu wajar. Tak ada manusia yang sempurna.
Pertanyaannya ialah, "Apakah kau akan jatuh lagi di lubang yang sama?"
Ketika kita melihat sebuah pintu tertutup, seringkali kita terlalu "sibuk" meratapi pintu yang tertutup itu dan tidak melihat sepuluh pintu lain yang terbuka di sekitar kita.
Cukuplah, satu kesalahan tak perlu disesali.
Fungsi kesalahan hanyalah untuk pembelajaran, bukan untuk penyesalan.
Berbuat kesalahan itu wajar. Tak ada manusia yang sempurna.
Pertanyaannya ialah, "Apakah kau akan jatuh lagi di lubang yang sama?"
Vina
Vina siapa?
Ya siapa lagi kalau bukan Revina Mariska.
Temen yang satu ini memang kelihatan pendiam kalau kita baru kenal.
Tapi kalau udah kenal?
Beeh...jangan ditanya.
Vina sekarang orangnya terbuka sama aku. Kadang lucu. Kadang norak.
Biarpun kadang Vina suka aneh, tapi aku senang karena Vina yang ga bisa terbuka ke semua orang itu memilih untuk cukup terbuka sama aku.
Bahkan sekarang Vina udah bisa ngomong blak-blakan ke aku.
Beberapa hari aku dikejutkan dengan perilaku Vina yang aneh -.-
Kami papasan di koridor gedung 2 dan tiba-tiba dia bilang, "Berkilat banget," sambil menunjuk dahiku.
Kukira ada apa -.-
Ternyata maksudnya dahiku kilat karena kulit berminyak -.-
Yah, setidaknya Vina jujur sama aku -.-
Hari ini Vina memuji penampilanku, mungkin untuk pertama kalinya.
Kata Vina, "Uti makin cantik."
Kalau digeneralisasikan dari pernyataan Vina yang jujur beberapa hari yang lalu soal dahiku yang "berkilat"
apa bisa dibilang kalau hari ini Vina juga jujur?
Pertanyaan itulah yang datang ke pikiranku begitu Vina memujiku
and I was like...
Well, maybe I overreacted -.-
Tapi, aku memang sedang berusaha untuk mengubah penampilan jadi lebih baik, kok.
Makasih banget buat Vina karena sudah menyadarinya :D
Ya siapa lagi kalau bukan Revina Mariska.
Temen yang satu ini memang kelihatan pendiam kalau kita baru kenal.
Tapi kalau udah kenal?
Beeh...jangan ditanya.
Vina sekarang orangnya terbuka sama aku. Kadang lucu. Kadang norak.
Biarpun kadang Vina suka aneh, tapi aku senang karena Vina yang ga bisa terbuka ke semua orang itu memilih untuk cukup terbuka sama aku.
Bahkan sekarang Vina udah bisa ngomong blak-blakan ke aku.
Beberapa hari aku dikejutkan dengan perilaku Vina yang aneh -.-
Kami papasan di koridor gedung 2 dan tiba-tiba dia bilang, "Berkilat banget," sambil menunjuk dahiku.
Kukira ada apa -.-
Ternyata maksudnya dahiku kilat karena kulit berminyak -.-
Yah, setidaknya Vina jujur sama aku -.-
Hari ini Vina memuji penampilanku, mungkin untuk pertama kalinya.
Kata Vina, "Uti makin cantik."
Kalau digeneralisasikan dari pernyataan Vina yang jujur beberapa hari yang lalu soal dahiku yang "berkilat"
apa bisa dibilang kalau hari ini Vina juga jujur?
Pertanyaan itulah yang datang ke pikiranku begitu Vina memujiku
and I was like...
Well, maybe I overreacted -.-
Tapi, aku memang sedang berusaha untuk mengubah penampilan jadi lebih baik, kok.
Makasih banget buat Vina karena sudah menyadarinya :D
Are You Ready to Move On?
"Are You Ready to Move On?"
Itulah judul kajian yang saya dan beberapa teman ikuti di fakultas hari ini. Pembicaranya adalah bang Jeki.
Apa sih sebenarnya "move on" itu?
Berhubung tidak ada definisi resminya dalam bidang psikologi, bang Jeki membuat definisi sendiri.
Move on itu bagi bang Jeki ialah kondisi kita setelah putus hubungan, yakni ketika perilaku dan perasaan kita tidak lagi tergantung pada apa yang dilakukan oleh "sang mantan".
Misalnya, kalau si "dia" pedekate sama orang lain, yah bodoh amat. Bukan urusan kita. Ketika perasaan kita tak lagi kacau hanya karena tingkah laku si "dia", maka dapat dikatakan bahwa kita sudah move on.
Apakah punya pacar baru berarti sudah berhasil move on?
Belum tentu.
Punya pacar baru bisa jadi hanya merupakan pelarian dari yang lama. Pelarian bisa saja berakibat tersakitinya diri sendiri, mantan, serta orang baru yang kita jadikan tempat pelarian.
Apa saja sih penyebab sulitnya move on itu?
Dari diskusi kami di kegiatan kajian tersebut, move on terasa sulit karena kita kehilangan bagian dari diri kita yang pergi bersama perginya si mantan tersebut.
Bagaimana cara mengatasinya?
Well, layaknya mengalami patah tulang, tentu hal pertama yang perlu dilakukan adalah memulihkan tulang yang patah tersebut.
Ingin memulihkan keadaan emosi? Caranya ialah dengan menyalurkan emosi tersebut. Tak apa merasa marah dan sedih. Suatu saat kita akan kehabisan air mata juga. Suatu saat toh kita akan sanggup menerima keadaan :)
Satu hal yang menarik bagi saya dalam diskusi tentang move on ini ialah sulitnya move on jika kita sudah terlanjur berhubungan fisik yang cukup jauh dengan mantan pasangan. Keadaan ini sering dialami terutama oleh wanita. Wanita cenderung merasa bersalah dan kotor jika sudah berhubungan fisik terlalu jauh dan cenderung bersedia dinikahi walaupun hubungan sudah terasa hambar, atau bahkan walau wanita itu disakiti oleh pasangannya.
Girls, kalau kamu pikir kamu telah membuat kesalahan besar, yakni berhubungan fisik dengan lelaki tersebut, janganlah menambah satu kesalahan lagi dengan menikahinya tanpa pikir panjang.
Always review your decision. It's your life, so live it.
Untuk siapapun yang sedang berusaha untuk move on, ingatlah bahwa selalu ada alasan untuk putusnya suatu hubungan. Tak apa merasa sedih, marah, dan kecewa. Tak apa menumpahkan emosi negatifmu. Hanya saja janganlah putus asa. Ketika kalian kehilangan sesuatu atau seseorang, percayalah bahwa kalian akan mendapatkan yang lebih baik.
Yes, you deserve something better :)
Itulah judul kajian yang saya dan beberapa teman ikuti di fakultas hari ini. Pembicaranya adalah bang Jeki.
Apa sih sebenarnya "move on" itu?
Berhubung tidak ada definisi resminya dalam bidang psikologi, bang Jeki membuat definisi sendiri.
Move on itu bagi bang Jeki ialah kondisi kita setelah putus hubungan, yakni ketika perilaku dan perasaan kita tidak lagi tergantung pada apa yang dilakukan oleh "sang mantan".
Misalnya, kalau si "dia" pedekate sama orang lain, yah bodoh amat. Bukan urusan kita. Ketika perasaan kita tak lagi kacau hanya karena tingkah laku si "dia", maka dapat dikatakan bahwa kita sudah move on.
Apakah punya pacar baru berarti sudah berhasil move on?
Belum tentu.
Punya pacar baru bisa jadi hanya merupakan pelarian dari yang lama. Pelarian bisa saja berakibat tersakitinya diri sendiri, mantan, serta orang baru yang kita jadikan tempat pelarian.
Apa saja sih penyebab sulitnya move on itu?
Dari diskusi kami di kegiatan kajian tersebut, move on terasa sulit karena kita kehilangan bagian dari diri kita yang pergi bersama perginya si mantan tersebut.
Bagaimana cara mengatasinya?
Well, layaknya mengalami patah tulang, tentu hal pertama yang perlu dilakukan adalah memulihkan tulang yang patah tersebut.
Ingin memulihkan keadaan emosi? Caranya ialah dengan menyalurkan emosi tersebut. Tak apa merasa marah dan sedih. Suatu saat kita akan kehabisan air mata juga. Suatu saat toh kita akan sanggup menerima keadaan :)
Satu hal yang menarik bagi saya dalam diskusi tentang move on ini ialah sulitnya move on jika kita sudah terlanjur berhubungan fisik yang cukup jauh dengan mantan pasangan. Keadaan ini sering dialami terutama oleh wanita. Wanita cenderung merasa bersalah dan kotor jika sudah berhubungan fisik terlalu jauh dan cenderung bersedia dinikahi walaupun hubungan sudah terasa hambar, atau bahkan walau wanita itu disakiti oleh pasangannya.
Girls, kalau kamu pikir kamu telah membuat kesalahan besar, yakni berhubungan fisik dengan lelaki tersebut, janganlah menambah satu kesalahan lagi dengan menikahinya tanpa pikir panjang.
Always review your decision. It's your life, so live it.
Untuk siapapun yang sedang berusaha untuk move on, ingatlah bahwa selalu ada alasan untuk putusnya suatu hubungan. Tak apa merasa sedih, marah, dan kecewa. Tak apa menumpahkan emosi negatifmu. Hanya saja janganlah putus asa. Ketika kalian kehilangan sesuatu atau seseorang, percayalah bahwa kalian akan mendapatkan yang lebih baik.
Yes, you deserve something better :)
Beauty?
What is beauty?
What should a woman do to be considered as "beautiful"?
Girls, if you think that those celebrities' pics shared in media represent their natural beauty, you should check this out:
The only way to look like cover girls?
Get yourself photoshopped.
What should a woman do to be considered as "beautiful"?
Girls, if you think that those celebrities' pics shared in media represent their natural beauty, you should check this out:
The only way to look like cover girls?
Get yourself photoshopped.
Psikologi :)
Psikologi...psikologi...cerewerewer pompom!
Saya senang sekali karena pada suatu titik dalam hidup saya, saya memutuskan untuk memilih jurusan psikologi.
Maybe I'm overexcited...
Mungkin ada yang menganggap saya songong atau apa dengan segala posts yang sangat berbau psikologi. Saya tidak bermaksud begitu, lho.
Hanya saja...saya suka psikologi.
Suka sekali :)
Saya senang sekali karena pada suatu titik dalam hidup saya, saya memutuskan untuk memilih jurusan psikologi.
Maybe I'm overexcited...
Mungkin ada yang menganggap saya songong atau apa dengan segala posts yang sangat berbau psikologi. Saya tidak bermaksud begitu, lho.
Hanya saja...saya suka psikologi.
Suka sekali :)
Artwork?
Berikut ini adalah gambar yang saya buat sekian waktu yang lalu:
Memang tak bisa disebut sebagai karya seni, sih.
Tak ada yang spesial. Itu hanyalah gambar yang saya buat di sela-sela waktu saya yang membosankan. Hanya gambar yang dibuat dengan menggunakan pensil dan di-edit dengan efek seadanya.
Hanyalah sebuah gambar yang sederhana, tapi saya suka :)
Selasa, 16 Oktober 2012
Learning and Teaching
Saya kurang suka bahasa Indonesia karena seringkali dengan bahasa Indonesia, saya tidak bisa menyampaikan apa yang ingin saya sampaikan secara tepat.
Contohnya saja, saya sangat menyukai quote ini:
"In learning you will teach and in teaching you will learn."
Bagaimana cara menjelaskannya dalam bahasa Indonesia ya -.-
Saya suka sekali quote tersebut. Dalam satu kalimat itu terkandung berbagai macam hal yang pernah saya alami. Saya seringkali merasa belajar sesuatu ketika sedang berbagi pengalaman. Sementara orang yang mengajari saya sesuatu ini mungkin tidak menyadari bahwa ia sebenarnya telah mengajarkan suatu hal yang berharga kepada saya. Ia mungkin merasa bahwa ia belajar sesuatu dari saya, namun tidak menyadari bahwa sayapun merasa demikian.
Intinya, sih, ketika kita berbagi, kedua pihak mendapatkan pembelajaran yang bermakna :)
Contohnya saja, saya sangat menyukai quote ini:
"In learning you will teach and in teaching you will learn."
-Phil Collins dalam Son of Man
Bagaimana cara menjelaskannya dalam bahasa Indonesia ya -.-Saya suka sekali quote tersebut. Dalam satu kalimat itu terkandung berbagai macam hal yang pernah saya alami. Saya seringkali merasa belajar sesuatu ketika sedang berbagi pengalaman. Sementara orang yang mengajari saya sesuatu ini mungkin tidak menyadari bahwa ia sebenarnya telah mengajarkan suatu hal yang berharga kepada saya. Ia mungkin merasa bahwa ia belajar sesuatu dari saya, namun tidak menyadari bahwa sayapun merasa demikian.
Intinya, sih, ketika kita berbagi, kedua pihak mendapatkan pembelajaran yang bermakna :)
Understanding Self :)
Benjamin Franklin, salah seorang founding father USA, pernah berkata, "There are three things extremely hard: steel, diamond, and to know one's self."
Ya. Mengenal itu sangat sulit untuk dilakukan, entah itu mengenal orang lain maupun diri sendiri. Kita pikir kita tahu segala hal tentang diri seseorag, namun mungkin sebagian besar dari yang kita ketahui itu merupakan hal yang dipilihnya untuk ditunjukkan. Kita pikir kita tahu segala hal tentang kita sendiri, namun sebenarnya orang lain tahu apa yang kita tidak tahu tentang diri kita sendiri.
Hal ini secara singkat dapat dijelaskan melalui Johari Window:
Empat kuadran dalam Johari Window ini menunjukkan siapa diri kita secara keseluruhan.
Yang pertama ialah area terbuka, yakni bagian dari diri kita yang kita sadari dan kita biarkan untuk dilihat oleh orang lain. Dalam area ini, miskomunikasi minim terjadi karena baik kita maupun orang di sekitar kita memahami diri kita yang berada pada area ini.
Yang kedua ialah area buta, yakni bagian dari diri kita yang tidak kita sadari, namun diketahui oleh orang lain. Bagi sahabat, area buta kita ini ukurannya lebih besar dibanding area tersembunyi karena sahabat betul-betul mengenal kita. Tentunya area buta ini dapat dikecilkan ukurannya dalam usaha memahami diri sendiri dengan lebih baik. Bagaimana caranya? Tentunya dengan bertanya pada orang lain mengenai diri kita sendiri. Walaupun kita bertanya pada teman yang tidak begitu dekat, tidak tertutup kemungkinan ia tahu sesuatu tentang diri kita yang bahkan tidak kita ketahui, hanya proporsinya saja yang berbeda dengan teman dekat.
Yang ketiga ialah area tersembunyi, yakni bagian dari diri kita yang kita sadari, namun sengaja kita sembunyikan dari orang lain. Dalam area ini biasanya terdapat ketakutan kita atau hal-hal yang kita hindari. Area ini bisa diperkecil dengan tujuan agar orang lain dapat memahami diri kita dengan lebih baik. Bagaimana caranya? Berceritalah. Ceritakan pada orang lain tentang dirimu sendiri :)
Yang keempat ialah area yang tidak diketahui. Ada bagian dari diri kita yang tidak diketahui oleh siapapun, baik itu kita sendiri maupun orang di sekitar kita. Yang terdapat dalam area ini bisa saja bakat diri yang kita remehkan atau perasaan yang ditekan. Tentu saja area ini dapat juga diperkecil demi usaha pemahaman diri yang lebih baik. Caranya bisa saja dengan self-discovery, pengamatan orang lain, maupun gabungan keduanya.
Begitu kita dapat mengenal diri sendiri dengan lebih baik, kita tidak perlu merasa terkucilkan, rendah diri, maupun merasa harus mengikuti suatu hal hanya karena hal tersebut dianggap baik oleh golongan mayoritas.
Saya ingin berbagi cerita.
Nande (ibu) saya, bersahabat baik dengan Uda (paman, tetapi tidak kandung) saya. Nande dan Uda memiliki sifat yang sangat berkebalikan. Nande adalah orang yang extrovert. Nande sangat sulit menolak permintaan orang lain karena selalu ingin menyenangkan orang lain. Uda sebaliknya. Ia lebih cenderung pada tipe introvert.
Saya selalu berpikir bahwa menjadi orang seperti Nande adalah ideal. Sampai Uda sharing dan berkata, "Orang seperti Nandemu itu gampang dapat kerja karena banyak punya link. Kalau Uda tidak begitu. Uda memang punya kekurangan dalam hal berteman. Uda tidak bisa punya teman dekat yang banyak. Tetapi, Uda berusaha menutupi kekurangan Uda, misalnya dengan belajar dan bekerja keras. Jadi, walaupun Uda tidak kenal banyak orang, oranglah yang akan mencari Uda karena Uda selalu mengusahakan hasil yang terbaik."
Dari situ saya sadar bahwa saya tetap bisa jadi diri saya sendiri :)
Meskipun demikian, segala sesuatu yang ekstrim tidaklah baik. Mengenal diri sendiri juga bertujuan untuk perbaikan diri sendiri. Uda saya berkata, "Sekarang Uda tidak begitu ekstrim lagi. Uda sudah lumayan bisa berkomunikasi dan berteman dengan baik." Perbaikan tidaklah buruk :)
Maksud yang ingin saya sampaikan dengan tulisan ini adalah: Kenalilah dirimu sendiri serta hal-hal yang kamu sukai. Jadilah dirimu sendiri dan lakukanlah hal-hal yang kamu sukai tersebut, hal-hal yang membuat kamu bergairah.
Beberapa waktu lalu, salah seorang dari teman saya berkata bahwa saya ini terlihat berbeda ketika mempresentasikan bahan di kelas. Kalau "berbeda" berarti positif, saya menarik kesimpulan bahwa mungkin memang bidang inilah yang saya inginkan. Saya selalu ingin jadi dosen.
Teman saya, Lidya, beberapa waktu lalu juga menyadari bahwa dirinya sangat berbeda ketika berperan menjadi sutradara pada saat shooting film TnT. Ia kelihatan begitu hidup dan berbeda ketika mengarahkan para pemain. Ia kemudian bercerita bahwa ia selalu ingin berkecimpung dalam bidang perfilman.
Kamu atau orang-orang di sekitarmu tentu menyadari pada bidang apa kamu terlihat sangat berbeda dan hidup. Ketika kamu menyadari ini, atau ketika seseorang memberitahumu, ketahuilah bahwa itulah hal yang sungguh-sungguh kamu inginkan. Lakukanlah :)
"Make your passion your profession, and work will become a game."
Sumber:
http://www.usc.edu/hsc/ebnet/Cc/awareness/Johari%20windowexplain.pdf (diakses pada tanggal 16 Oktober 2012 pukul 15.34 WIB)
Ya. Mengenal itu sangat sulit untuk dilakukan, entah itu mengenal orang lain maupun diri sendiri. Kita pikir kita tahu segala hal tentang diri seseorag, namun mungkin sebagian besar dari yang kita ketahui itu merupakan hal yang dipilihnya untuk ditunjukkan. Kita pikir kita tahu segala hal tentang kita sendiri, namun sebenarnya orang lain tahu apa yang kita tidak tahu tentang diri kita sendiri.
Hal ini secara singkat dapat dijelaskan melalui Johari Window:
Empat kuadran dalam Johari Window ini menunjukkan siapa diri kita secara keseluruhan.
Yang pertama ialah area terbuka, yakni bagian dari diri kita yang kita sadari dan kita biarkan untuk dilihat oleh orang lain. Dalam area ini, miskomunikasi minim terjadi karena baik kita maupun orang di sekitar kita memahami diri kita yang berada pada area ini.
Yang kedua ialah area buta, yakni bagian dari diri kita yang tidak kita sadari, namun diketahui oleh orang lain. Bagi sahabat, area buta kita ini ukurannya lebih besar dibanding area tersembunyi karena sahabat betul-betul mengenal kita. Tentunya area buta ini dapat dikecilkan ukurannya dalam usaha memahami diri sendiri dengan lebih baik. Bagaimana caranya? Tentunya dengan bertanya pada orang lain mengenai diri kita sendiri. Walaupun kita bertanya pada teman yang tidak begitu dekat, tidak tertutup kemungkinan ia tahu sesuatu tentang diri kita yang bahkan tidak kita ketahui, hanya proporsinya saja yang berbeda dengan teman dekat.
Yang ketiga ialah area tersembunyi, yakni bagian dari diri kita yang kita sadari, namun sengaja kita sembunyikan dari orang lain. Dalam area ini biasanya terdapat ketakutan kita atau hal-hal yang kita hindari. Area ini bisa diperkecil dengan tujuan agar orang lain dapat memahami diri kita dengan lebih baik. Bagaimana caranya? Berceritalah. Ceritakan pada orang lain tentang dirimu sendiri :)
Yang keempat ialah area yang tidak diketahui. Ada bagian dari diri kita yang tidak diketahui oleh siapapun, baik itu kita sendiri maupun orang di sekitar kita. Yang terdapat dalam area ini bisa saja bakat diri yang kita remehkan atau perasaan yang ditekan. Tentu saja area ini dapat juga diperkecil demi usaha pemahaman diri yang lebih baik. Caranya bisa saja dengan self-discovery, pengamatan orang lain, maupun gabungan keduanya.
Begitu kita dapat mengenal diri sendiri dengan lebih baik, kita tidak perlu merasa terkucilkan, rendah diri, maupun merasa harus mengikuti suatu hal hanya karena hal tersebut dianggap baik oleh golongan mayoritas.
Saya ingin berbagi cerita.
Nande (ibu) saya, bersahabat baik dengan Uda (paman, tetapi tidak kandung) saya. Nande dan Uda memiliki sifat yang sangat berkebalikan. Nande adalah orang yang extrovert. Nande sangat sulit menolak permintaan orang lain karena selalu ingin menyenangkan orang lain. Uda sebaliknya. Ia lebih cenderung pada tipe introvert.
Saya selalu berpikir bahwa menjadi orang seperti Nande adalah ideal. Sampai Uda sharing dan berkata, "Orang seperti Nandemu itu gampang dapat kerja karena banyak punya link. Kalau Uda tidak begitu. Uda memang punya kekurangan dalam hal berteman. Uda tidak bisa punya teman dekat yang banyak. Tetapi, Uda berusaha menutupi kekurangan Uda, misalnya dengan belajar dan bekerja keras. Jadi, walaupun Uda tidak kenal banyak orang, oranglah yang akan mencari Uda karena Uda selalu mengusahakan hasil yang terbaik."
Dari situ saya sadar bahwa saya tetap bisa jadi diri saya sendiri :)
Meskipun demikian, segala sesuatu yang ekstrim tidaklah baik. Mengenal diri sendiri juga bertujuan untuk perbaikan diri sendiri. Uda saya berkata, "Sekarang Uda tidak begitu ekstrim lagi. Uda sudah lumayan bisa berkomunikasi dan berteman dengan baik." Perbaikan tidaklah buruk :)
Maksud yang ingin saya sampaikan dengan tulisan ini adalah: Kenalilah dirimu sendiri serta hal-hal yang kamu sukai. Jadilah dirimu sendiri dan lakukanlah hal-hal yang kamu sukai tersebut, hal-hal yang membuat kamu bergairah.
Beberapa waktu lalu, salah seorang dari teman saya berkata bahwa saya ini terlihat berbeda ketika mempresentasikan bahan di kelas. Kalau "berbeda" berarti positif, saya menarik kesimpulan bahwa mungkin memang bidang inilah yang saya inginkan. Saya selalu ingin jadi dosen.
Teman saya, Lidya, beberapa waktu lalu juga menyadari bahwa dirinya sangat berbeda ketika berperan menjadi sutradara pada saat shooting film TnT. Ia kelihatan begitu hidup dan berbeda ketika mengarahkan para pemain. Ia kemudian bercerita bahwa ia selalu ingin berkecimpung dalam bidang perfilman.
Kamu atau orang-orang di sekitarmu tentu menyadari pada bidang apa kamu terlihat sangat berbeda dan hidup. Ketika kamu menyadari ini, atau ketika seseorang memberitahumu, ketahuilah bahwa itulah hal yang sungguh-sungguh kamu inginkan. Lakukanlah :)
"Make your passion your profession, and work will become a game."
-Rancho dalam 3 Idiots
Sumber:
http://www.usc.edu/hsc/ebnet/Cc/awareness/Johari%20windowexplain.pdf (diakses pada tanggal 16 Oktober 2012 pukul 15.34 WIB)
Gemuk? :(
Sebenarnya, berapa sih berat badan ideal itu? Bagaimana caranya menghitung berat badan ideal?
Berat badan ideal sangat tergantung pada berat dan tinggi badan.
Berikut cara menghitung indeks massa tubuh/body mass index (BMI):
Berat badan (kg)
Seperti yang dapat kita lihat pada gambar di atas, model-model yang dijadikan contoh untuk tubuh "ideal" sebenarnya bukanlah bagian terbanyak dari populasi dan tidak selalu merupakan contoh tubuh yang disukai oleh lawan jenis. Terlebih lagi, berat badan model yang seringkali ditampakkan di media cetak (majalah) maupun media elektronik (televisi) bukanlah berat badan yang ideal. Tidak heran para perempuan khususnya di Indonesia merasa gemuk dan selalu ingin menguruskan badan.
Sebenarnya, berat badan populer itu hanya soal tren dan masa. Buktinya bisa dilihat dari iklan koran tahun 1950 berikut ini:
Yup. Pada tahun 1950, masyarakat malah lebih menginginkan tubuh yang sehat berisi.
So ladies, keep your head up and be proud :)
"Orang-orang skinny itu hanya beruntung saja ya, lahir di masa di mana masyarakat menghargai tubuh begitu."
-auliafairuz
Sumber:
http://www.tipsehat.com/index.php?option=com_content&view=article&id=45&Itemid=94 (diakses pada tanggal 16 Oktober 2012 pukul 14.24 WIB)
Berat badan ideal sangat tergantung pada berat dan tinggi badan.
Berikut cara menghitung indeks massa tubuh/body mass index (BMI):
Berat badan (kg)
Tinggi Badan (m) 2
Dengan ketentuan sebagai berikut:
< 18.5 = underweight
18.5 - 24.9 = normal
25 - 29.9 = overweight
> 30 = obesitas
Banyak perempuan yang merasa gemuk walaupun BMI-nya menyatakan beratnya normal. Mengapa bisa demikian?
Menurut pengamatan dan subjektivitas saya, beberapa perempuan keliru dalam mengidentifikasi "berat badan ideal" dan "berat badan populer".
Saya pernah melihat suatu post di 9gag dan saya merasa tergugah secara emosional. Berikut ini post-nya:
Seperti yang dapat kita lihat pada gambar di atas, model-model yang dijadikan contoh untuk tubuh "ideal" sebenarnya bukanlah bagian terbanyak dari populasi dan tidak selalu merupakan contoh tubuh yang disukai oleh lawan jenis. Terlebih lagi, berat badan model yang seringkali ditampakkan di media cetak (majalah) maupun media elektronik (televisi) bukanlah berat badan yang ideal. Tidak heran para perempuan khususnya di Indonesia merasa gemuk dan selalu ingin menguruskan badan.
Sebenarnya, berat badan populer itu hanya soal tren dan masa. Buktinya bisa dilihat dari iklan koran tahun 1950 berikut ini:
Yup. Pada tahun 1950, masyarakat malah lebih menginginkan tubuh yang sehat berisi.
So ladies, keep your head up and be proud :)
"Orang-orang skinny itu hanya beruntung saja ya, lahir di masa di mana masyarakat menghargai tubuh begitu."
-auliafairuz
Sumber:
Nolen-Hoeksema,
Susan dkk. 2009. Atkinson and Hilgard’s
Introduction to Psychology 15th Edition. United Kingdom: Cengage Learning EMEA.
http://www.tipsehat.com/index.php?option=com_content&view=article&id=45&Itemid=94 (diakses pada tanggal 16 Oktober 2012 pukul 14.24 WIB)
Cara Belajar Saya, Sudah Benarkah?
Hello, folks.
Ceritanya nih, minggu ini kami baru saja masuk pada pembahasan metakognisi di mata kuliah Psikologi Kognitif. Saya menemukan bahwa materi ini sangat aplikatif, terutama dalam cara belajar.
Metakognisi ini ialah pengetahuan dan kontrol kita mengenai proses kognitif kita sendiri. Bingung di mana bagian aplikatifnya? Bagian aplikatif ini khususnya ada pada materi metamemori. Metamemori ini ialah kemampuan kita untuk memahami dan mengontrol memori kita. Intinya, metamemori memungkinkan kita untuk mengetahui bagaimana caranya agar dapat meningkatkan kemampuan kita untuk mengingat, khususnya dalam hal mengingat materi kuliah.
Poin-poin penting pada metakognisi ialah sebagai berikut:
Yang pertama, kita dapat memprediksi skor per item dengan akurat.
Apa artinya?
Kita sebagai remaja yang kemampuan metakognisinya sudah berkembang mampu memprediksi bagian mana dari suatu materi yang akan dapat kita ingat dan mana yang tidak akan kita ingat.
Akurasi prediksi ini berkurang ketika materi yang akan diajukan bersifat agak "abstrak". Materi disebut "abstrak" ketika kita tidak mengetahui dengan jelas bagian mana dari materi tersebut yang akan diujikan.
Nah, bagaimana caranya agar kita dapat berhasil dalam suatu ujian?
Caranya, janganlah melihat suatu materi sebagai suatu keseluruhan, melainkan sebagai bagian-bagian. Kemudian, cobalah mengidentifikasi bagian-bagian mana yang penting dan akan keluar dalam ujian. Kemudian, coba tentukan bagian mana yang sudah kamu kuasai dan mana yang belum. Hal ini akan membantu untuk memprediksi bagian mana yang akan dapat kita jawab dalam ujian dan mana yang tidak.
Yang kedua, akurasi prediksi kita rendah ketika kita mencoba memprediksi skor total tes.
Jika setelah melalui sebuah tes dan ditanyakan pertanyaan ini, "Kira-kira kamu akan dapat nilai berapa?", maka kita cenderung overestimate atau memprediksikan kemampuan kita sendiri lebih tinggi dari yang sebenarnya. Misalnya, sebenarnya dalam tes itu kita mendapatkan nilai 60, namun kita memprediksikannya 75. Hal ini umumnya terjadi pada mahasiswa yang kurang menguasai materi. Sayangnya, mereka tidak sadar bahwa mereka tidak menguasai materi...
Bagaimana caranya agar kita tahu bahwa kita sudah menguasai suatu materi atau tidak?
Setelah belajar, jangan langsung menguji materi mana yang sudah kamu ingat, karena itu artinya kamu hanya menguji short term memory/working memory kamu, sementara dalam ujian seperti UTS atau UAS, yang akan diuji ialah long term memory kamu.
Setelah belajar, sebelum menguji kemampuan kamu, tunggulah sekitar 10 menit atau lebih. Dengan demikian, kamu akan tahu bagian mana yang sudah masuk ke long term memory kamu dan mana yang hanya masuk ke working memory kamu.
Metode Belajar yang Efektif
Dibandingkan hanya mengulang-ulang materi saja, cobalah ketika belajar kamu terapkan cara-cara berikut:
Tentukan kata kunci dari suatu materi dan buatlah cerita dari kata kunci tersebut.
Misalnya, jika saya ingin mengingat konsep bahwa, "Metakognisi ialah pengetahuan dan kontrol mengenai proses kognitif diri sendiri" maka saya akan menyingkatnya menjadi "Kognisi tentang kognisi". Sebagai seorang 9gagger, akan lebih mudah lagi bagi saya jika saya membuat kalimat cerita ini, "Yo dawg. I heard you like cognition, so I put cognition in your cognition." atau "cognitionception!"
Cerita yang lucu sangat membantu.
Kaitkan hal-hal yang ingin diingat dengan dirimu sendiri.
Telah terbukti bahwa kita lebih mudah mengingat hal-hal yang kita kaitkan dengan diri sendiri. Hal ini disebut self-reference effect. Jadi, lain kali ketika mengingat sesuatu, kaitkanlah hal tersebut dengan dirimu.
Contohnya saja, ketika kamu mempelajari Biopsikologi tentang bagaimana terbentuknya bayi, anggaplah bahwa janin tersebut adalah dirimu dan bayangkan kamu mengalami pembentukan dan pengeliminasian sel-sel neuron seperti yang dijelaskan dalam materi tersebut.
Ambil huruf atau suku kata pertama.
Jika ada materi yang berupa urutan atau perlu dihapalkan, ambillah huruf atau suku kata pertama dari urutan tersebut dan buatlah suatu kata. Misalnya saja, kita lebih mudah menghapal urutan warna pelangi dengan kata mejikuhibiniu kan? :)
Buatlah chunking.
Jika kamu perlu menghapal urutan kata, potonglah urutan angka tersebut dengan suatu cara khusus kamu sendiri. Cara yang sama untuk menghapal nomor hp kita. Misalnya nomor hp saya 0857 6129 5869 maka saya menghapalnya dengan chunking 0857 (kode im3) 6129 (6 dan 9 merupakan kelipatan tiga dan di tengahnya ada angka asli pertama dan kedua) 5869 (jarak antara 5 dan 8 sama dengan jarak antara 6 dan 9 serta angka 6 datang tepat setelah angka 5)
Hal yang berikut ini umum didengar nih. Sebaiknya ketika belajar, kita mempelajari materi yang sedikit setiap waktu dibandingkan dengan belajar sekaligus banyak materi di satu waktu (sistem kebut semalam). Memangnya benar ya? Ternyata benar, ada teori dan penelitiannya.
Dan terakhir, ketika kamu punya waktu banyak, pelajarilah materi yang sulit dengan waktu lebih lama. Namun, ketika kamu hanya punya waktu sedikit, pelajarilah materi yang mudah. Alasannya simpel, yakni agar kamu dapat menguasai materi dengan kuantitas dan kualitas yang memadai sebelum tes.
Semoga dapat membantu :)
Sumber:
Matilin, Margaret W. 2005. Cognition 6th Edition. USA: John Wiley & Sons, Inc.
Ceritanya nih, minggu ini kami baru saja masuk pada pembahasan metakognisi di mata kuliah Psikologi Kognitif. Saya menemukan bahwa materi ini sangat aplikatif, terutama dalam cara belajar.
Metakognisi ini ialah pengetahuan dan kontrol kita mengenai proses kognitif kita sendiri. Bingung di mana bagian aplikatifnya? Bagian aplikatif ini khususnya ada pada materi metamemori. Metamemori ini ialah kemampuan kita untuk memahami dan mengontrol memori kita. Intinya, metamemori memungkinkan kita untuk mengetahui bagaimana caranya agar dapat meningkatkan kemampuan kita untuk mengingat, khususnya dalam hal mengingat materi kuliah.
Poin-poin penting pada metakognisi ialah sebagai berikut:
Yang pertama, kita dapat memprediksi skor per item dengan akurat.
Apa artinya?
Kita sebagai remaja yang kemampuan metakognisinya sudah berkembang mampu memprediksi bagian mana dari suatu materi yang akan dapat kita ingat dan mana yang tidak akan kita ingat.
Akurasi prediksi ini berkurang ketika materi yang akan diajukan bersifat agak "abstrak". Materi disebut "abstrak" ketika kita tidak mengetahui dengan jelas bagian mana dari materi tersebut yang akan diujikan.
Nah, bagaimana caranya agar kita dapat berhasil dalam suatu ujian?
Caranya, janganlah melihat suatu materi sebagai suatu keseluruhan, melainkan sebagai bagian-bagian. Kemudian, cobalah mengidentifikasi bagian-bagian mana yang penting dan akan keluar dalam ujian. Kemudian, coba tentukan bagian mana yang sudah kamu kuasai dan mana yang belum. Hal ini akan membantu untuk memprediksi bagian mana yang akan dapat kita jawab dalam ujian dan mana yang tidak.
Yang kedua, akurasi prediksi kita rendah ketika kita mencoba memprediksi skor total tes.
Jika setelah melalui sebuah tes dan ditanyakan pertanyaan ini, "Kira-kira kamu akan dapat nilai berapa?", maka kita cenderung overestimate atau memprediksikan kemampuan kita sendiri lebih tinggi dari yang sebenarnya. Misalnya, sebenarnya dalam tes itu kita mendapatkan nilai 60, namun kita memprediksikannya 75. Hal ini umumnya terjadi pada mahasiswa yang kurang menguasai materi. Sayangnya, mereka tidak sadar bahwa mereka tidak menguasai materi...
Bagaimana caranya agar kita tahu bahwa kita sudah menguasai suatu materi atau tidak?
Setelah belajar, jangan langsung menguji materi mana yang sudah kamu ingat, karena itu artinya kamu hanya menguji short term memory/working memory kamu, sementara dalam ujian seperti UTS atau UAS, yang akan diuji ialah long term memory kamu.
Setelah belajar, sebelum menguji kemampuan kamu, tunggulah sekitar 10 menit atau lebih. Dengan demikian, kamu akan tahu bagian mana yang sudah masuk ke long term memory kamu dan mana yang hanya masuk ke working memory kamu.
Metode Belajar yang Efektif
Dibandingkan hanya mengulang-ulang materi saja, cobalah ketika belajar kamu terapkan cara-cara berikut:
Tentukan kata kunci dari suatu materi dan buatlah cerita dari kata kunci tersebut.
Misalnya, jika saya ingin mengingat konsep bahwa, "Metakognisi ialah pengetahuan dan kontrol mengenai proses kognitif diri sendiri" maka saya akan menyingkatnya menjadi "Kognisi tentang kognisi". Sebagai seorang 9gagger, akan lebih mudah lagi bagi saya jika saya membuat kalimat cerita ini, "Yo dawg. I heard you like cognition, so I put cognition in your cognition." atau "cognitionception!"
Cerita yang lucu sangat membantu.
Kaitkan hal-hal yang ingin diingat dengan dirimu sendiri.
Telah terbukti bahwa kita lebih mudah mengingat hal-hal yang kita kaitkan dengan diri sendiri. Hal ini disebut self-reference effect. Jadi, lain kali ketika mengingat sesuatu, kaitkanlah hal tersebut dengan dirimu.
Contohnya saja, ketika kamu mempelajari Biopsikologi tentang bagaimana terbentuknya bayi, anggaplah bahwa janin tersebut adalah dirimu dan bayangkan kamu mengalami pembentukan dan pengeliminasian sel-sel neuron seperti yang dijelaskan dalam materi tersebut.
Ambil huruf atau suku kata pertama.
Jika ada materi yang berupa urutan atau perlu dihapalkan, ambillah huruf atau suku kata pertama dari urutan tersebut dan buatlah suatu kata. Misalnya saja, kita lebih mudah menghapal urutan warna pelangi dengan kata mejikuhibiniu kan? :)
Buatlah chunking.
Jika kamu perlu menghapal urutan kata, potonglah urutan angka tersebut dengan suatu cara khusus kamu sendiri. Cara yang sama untuk menghapal nomor hp kita. Misalnya nomor hp saya 0857 6129 5869 maka saya menghapalnya dengan chunking 0857 (kode im3) 6129 (6 dan 9 merupakan kelipatan tiga dan di tengahnya ada angka asli pertama dan kedua) 5869 (jarak antara 5 dan 8 sama dengan jarak antara 6 dan 9 serta angka 6 datang tepat setelah angka 5)
Hal yang berikut ini umum didengar nih. Sebaiknya ketika belajar, kita mempelajari materi yang sedikit setiap waktu dibandingkan dengan belajar sekaligus banyak materi di satu waktu (sistem kebut semalam). Memangnya benar ya? Ternyata benar, ada teori dan penelitiannya.
Dan terakhir, ketika kamu punya waktu banyak, pelajarilah materi yang sulit dengan waktu lebih lama. Namun, ketika kamu hanya punya waktu sedikit, pelajarilah materi yang mudah. Alasannya simpel, yakni agar kamu dapat menguasai materi dengan kuantitas dan kualitas yang memadai sebelum tes.
Semoga dapat membantu :)
Sumber:
Matilin, Margaret W. 2005. Cognition 6th Edition. USA: John Wiley & Sons, Inc.
Jumat, 12 Oktober 2012
Narsis
Berhubung judul blog ini "Stories to Share", jadi bolehlah pertama-tama aku sharing tentang diri sendiri ya...
Bernarsis ria -.-
Sampai saat ini, aku ini orang yang cenderung introvert. Aku merasa charged up ketika kudapat menghabiskan waktu sendirian saja bersama pemikiran-pemikiranku. Jika orang lain sangat suka terlibat dengan orang lain dan berbicara lantang, aku lebih suka menepi dan mengamati. Yaa...kadang berharap ada yang mengamati juga sih (ngarep -.-). Tapi ya, memang aku suka melihat gerak-gerik orang-orang di sekelilingku. Kusuka berusaha menafsirkan sendiri arti dari gerak-gerik itu dan kadang tersenyum sendiri jika kudapati hal-hal yang lucu. Kadang orang tak mengerti apa yang kuanggap lucu dan aku terlihat gila.
Aku memang orang yang aneh. Kalau kamu ingin tahu definisi operasional (well, maybe ga begitu operasional -.-) dari kata "aneh", maksudku adalah memiliki kebiasaan dan kesukaan yang sangat berbeda dengan orang pada umumnya. Orang lain suka diperhatikan, sementara aku merasa awkward saat diperhatikan (kecuali saat presentasi di depan kelas -.-).
Orang lain suka pergi bergerombol, sementara aku suka pergi hanya dengan dua atau tiga teman dekat. Aku tak mampu menangani percakapan dengan banyak orang di saat bersamaan. Kadang aku salah menangkap maksud lawan bicara dan merasa sangat malu dan bodoh.
Aku tak mampu bercakap-cakap dengan seseorang dalam waktu yang lama jika aku tidak merasa dekat. Dengan orang yang kurang dekat, aku mampu bercakap-cakap jika ada dua atau tiga orang lawan bicara, namun aku tak bisa jika hanya bercakap-cakap berdua dengan si lawan bicara. Sungguh aneh. Bukannya aku bermaksud "jaim" maupun menjaga jarak. Mungkin aku terlihat kasar di mata banyak orang, namun aku sungguh tidak bermaksud kasar.
Aku tak bisa melucu dan terlihat aneh kalau aku memaksakan untuk melontarkan lelucon. Seringkali jika kumelontarkan lelucon, malah aku yang menjadi bahan tertawaan, bukan leluconnya. Well, yah, aku ambil saja sisi positifnya dengan mengatakan pada diriku sendiri bahwa aku tak'kan pernah berprofesi jadi badut kalau begitu. Sedikit melegakan dan menghibur diri sendiri.
Yah, mungkin sekian saja untuk aksi narsis pertamaku. Pembeberan yang cukup memalukan -.-
White Lie
White lie...kadang bukan sesuatu yang disadari. Kadang bukan sesuatu yang disengaja.
White lie...kadang kuucap pada diriku sendiri.
White lie yang kuucap pada diriku sendiri..yang kuucap tanpa kesengajaan maupun kesadaran...
...kadang memang kubutuhkan untuk lindungi diriku yang rapuh.
Kini kumerasa telah bohongi diri sendiri jika berkata, "Kucinta kamu."
Kumerasa bohong jika berkata, "Kumenginginkan dirimu."
...sebab yang kucinta mungkin hanyalah perhatianmu...
...dan yang kuinginkan hanyalah manisnya kata-katamu...
Bukanlah salahmu kuingin pergi menjauh...
Adalah bohong jika kuberkata bahwa kamu bukanlah kamu yang dulu...
Mungkin bohong jika kuberkata bahwa tak bersisa lagi perasaan itu...
Sebab mungkin kebenarannya ialah...
...kutak pernah rasakan percikan itu sejak awal mulanya...
White lie...kadang kuucap pada diriku sendiri.
White lie yang kuucap pada diriku sendiri..yang kuucap tanpa kesengajaan maupun kesadaran...
...kadang memang kubutuhkan untuk lindungi diriku yang rapuh.
Kini kumerasa telah bohongi diri sendiri jika berkata, "Kucinta kamu."
Kumerasa bohong jika berkata, "Kumenginginkan dirimu."
...sebab yang kucinta mungkin hanyalah perhatianmu...
...dan yang kuinginkan hanyalah manisnya kata-katamu...
Bukanlah salahmu kuingin pergi menjauh...
Adalah bohong jika kuberkata bahwa kamu bukanlah kamu yang dulu...
Mungkin bohong jika kuberkata bahwa tak bersisa lagi perasaan itu...
Sebab mungkin kebenarannya ialah...
...kutak pernah rasakan percikan itu sejak awal mulanya...
Langganan:
Komentar (Atom)







