Selama sepuluh hari di Medan boleh dibilang aku tidak melakukan apa-apa selain role play sebagai seorang ibu. Ya, benar. Di sini ada 2 orang adik yang harus diurus sementara orang tua berada di Jawa. Tugas-tugas rumah tangga harus dijalani praktis sendiri karena adik tidak pulang sebelum pukul 3 sore. Semuanya kecuali memasak kulakukan. Ya, aku ini kutukan dalam dapur.
Bangun pukul 4 pagi awalnya menjadi masalah. Beberapa kejadian telat bangun sampai mereka telat sampai di sekolah pun pernah dialami. Oleh karena itu, begadang sepanjang malam pun mulai dijalani. Baru kemarin berhasil tidur dan tetap bangun di saat yang tepat.
Awalnya semua berjalan cukup lancar, sampai pompa air mulai bermasalah. Air hanya mengalir di satu keran di halaman belakang. Air harus diangkat ke kamar mandi kalau mau mandi atau apapun. Mesin cuci harus diisi manual. Piring-piring kotor harus diangkat ke belakang untuk dicuci. Ah, tapi rasanya mulai terbiasa. Apalagi banyak orang yang perhatian dan memeriksa pompa air meskipun tidak bisa diperbaiki benar. Setidaknya kedatangan mereka memberikan dukungan emosional dan ternyata mengurangi bebanku secara signifikan.
Akhir-akhir ini mulai mencoba-coba membuat nasi goreng, flan, dan pudding dengan serpihan biskuit coklat. Lumayan juga. Rasanya semakin disayang adik, meskipun kadang makanannya tidak dihabiskan. Kata-kata, "Makasih ya kak. Makanannya enak!" yang mungkin bohong saja sudah dapat menyejukkan hati.
Setelah sharing dengan teman-teman, ternyata Sinta pun mengalami hal yang sama. Mengangkut air bolak-balik selama sejam menjadi rutinitas. Satu hal yang memperkaya pengetahuan adalah ceritanya mengejar-ngejar keponakannya yang masih balita untuk disuapi makan. Memang aku tidak mengalami itu karena adik-adikku sudah bersekolah di tingkat SMP dan SMA.
Terakhir Sinta menambahkan, "Jangan mau cepat-cepat menikah dan punya anak." Wanti-wanti yang satu ini membuatku tertawa, tapi dalam hati menyetujui.
Itulah suka-duka seorang ibu. Kadang lebih banyak suka, kadang sebaliknya, tergantung banyaknya cinta yang dilimpahkan oleh anak-anak yang diurus. Memang baru icip-icip sedikit selama beberapa hari. Kadang ketika sedang rehat sejenak terbayang ibu yang sudah melakukan ini selama 21 tahun. Rasanya tak sanggup. Rasanya tak siap. Namun kalau saatnya tiba, mungkin akan terasa lebih ringan daripada yang dibayangkan.
Terima kasih ibu karena sudah mau melakukan semua hal merepotkan ini (belum termasuk bekerja di kantor) untukku. Untuk kami.
Love you, mom.