Jumat, 01 Maret 2013

Si Pramuniaga

Suatu hari di malam yang dingin membekukan, seorang pramuniaga mengambil shift malam. Ia bekerja di sebuah toko pakaian high class. Toko pakaian tempatnya bekerja merupakan salah satu toko terbaik di kota.

Sementara para tamu kaya terlihat masuk dan keluar toko bergantian dengan membawa baju-baju bagus yang juga berbungkus bagus, seorang gadis dengan pakaian compang-camping hanya berani memandang dari jendela toko. Ia mengamati beberapa baju yang sangat disukainya, namun tidak pernah dan mungkin tidak akan pernah sanggup dibelinya. Ia menelan ludah.

Ketika gadis itu memandang ke dalam dengan penuh harap, seorang pramuniaga menyapanya dengan ramah. "Mari masuk," tawarnya. Gadis itu awalnya ragu-ragu. Namun karena keramahan si pramuniaga, ia pun memberanikan diri masuk. Ia merupakan sosok yang kontras dibandingkan dengan para pelanggan berbaju necis dan suasanya yang mewah. Namun, si pramuniaga seolah tidak dapat melihat kekontrasan tersebut dan melayaninya dengan cara yang sama seperti ia biasanya melayani orang-orang lainnya.

Gadis itu mencoba banyak baju. Berulang kali ia masuk dan keluar kamar ganti, setiap kali mengagumi betapa bagusnya baju-baju tersebut melekat pada tubuhnya. Namun, si pramuniaga tidak menunjukkan ekspresi kesal sama sekali. Setelah sekitar empat puluh menit, si gadis itu telah selesai mencoba semua baju yang pernah diperhatikannya melalui jendela toko sampai malam itu. Wajahnya memerah ketika ia mengatakan bahwa ia tidak memiliki uang untuk membeli satupun. Si pramuniaga tersenyum ramah dan meyakinkannya bahwa hal itu tidak masalah. Si gadis dengan baju compang-camping kemudian meninggalkan toko dengan mata berbinar.

Seorang pelanggan yang rupanya memperhatikan kejadian tersebut selama beberapa lama akhirnya tidak bisa menahan rasa penasarannya. Ia mendekati si pramuniaga dan bertanya, "Mengapa kamu melayani gadis itu juga? Tidakkah kamu melihat dari pakaiannya bahwa ia tidak akan sanggup membeli pakaian apapun dari toko semewah ini?"
"Ah, Pak, " sahut si pramuniaga, "Saya adalah seorang pramuniaga. Sudah menjadi tugas saya untuk melayani para tamu yang datang ke toko ini. Mengenai siapa yang harus saya layani dan siapa yang tidak, bukanlah hak saya untuk memutuskannya," jawabnya bijak.



Sementara kita di sini, sekarang ini, dengan sombongnya memutuskan dosen mana yang patut dihormati, senior mana yang boleh dicibir, serta teman mana yang perlu didekati atau dijauhi.
Betapa memalukan.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Template by Suck My Lolly - Background Image by TotallySevere.com