Sesuatu yang kurasakan dahulu.
Sekarang tidak lagi, namun tetap saja menimbulkan perasaan senang ketika dibaca kembali...
...
Hanya melihat sosokmu di kerumunan orang saja membuatku meraba pipi, merasa panas pada keduanya. Aku tahu aku merona. Terlebih ketika aku tahu kita hendak berpapasan. Detik-detik berlalu dengan hentakan-hentakan keras di dada. Namun, di detik mata kita bertemu, hentakan berubah menjadi aliran sejuk yang memenuhi dadaku.
Aku tersenyum. Kamu pun tersenyum. Entah salah satu dari kita yang memulainya atau senyuman itu muncul begitu saja di saat yang sama. Aku tak peduli. Aku senang.
Aku senang karena kamu tidak berpura-pura bahwa aku tidak ada, meskipun banyak orang yang memperlakukanku demikian. Aku senang meskipun kamu tidak tahu betapa senangnya diriku. Aku senang meskipun aku tidak dapat memberitahumu betapa kamu mampu memberiku rasa yang berbeda dan membuatku salah tingkah.
Lebih dari segalanya, aku senang bahwa kamu ada di sini, memberiku kesempatan untuk mengenalmu. Entah kapan akan kumulai, namun aku tahu bahwa kejenuhan akan menghampiri bila aku hanya mengamatimu dari jauh saja. Entah kapan akan kumulai, namun aku tahu bahwa suatu saat - entah cepat atau lambat - aku akan berusaha mengenalmu lebih dalam lagi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

0 komentar:
Posting Komentar