Jumat, 29 November 2013
Equilibrium
Dia bilang, dia merasa bodoh terombang-ambingkan oleh perasaan.
Mendengar kisahnya, aku teringat suatu metafora yang sangat bagus mengenai pikiran dan perasaan.
Pikiran atau logika adalah kemudi kapalmu di lautan yang buas. Ya, kamu memang membutuhkannya untuk mengarahkan. Kamu membutuhkannya untuk kendali atas dirimu.
Namun, apa gunanya kemudi jika kamu tak punya layar untuk menangkap angin?
(Yah, anggaplah saja kamu hidup di zaman kapal tak bermesin)
Perasaan adalah layarmu. Layar yang kamu butuhkan untuk menggerakkan.
Bagaimana kamu mengemudikan kapal jika ia tak bergerak?

Kapan kamu akan mencapai pelabuhan berikut dengan kapal yang diam?
Langganan:
Komentar (Atom)
